Jumat, 01 Mei 2015

Soulmate [Long Story]


Cerita gaje saya:p

Semoga suka:)






....++++....


Seorang anak perempuan berwajah manis yang sedang bersender pada tembok didepan sebuah kelas nampak serius dengan buku fisika ditangannya. Keningnya berkerut ketika berusaha menghapal berbagai rumus dan kata-kata –yang menurutnya aneh- pada buku catatan ditangannya. Ia memang tak menyukai pelajaran itu, dan karena hari ini kelasnya ada ulangan fisika, jadi mau tak mau, ia harus belajar lebih giat kalau tak mau dapat nilai jelek.
“Haii Ify..”
Ify –anak perempuan tadi- mendongak, lalu melempar senyum pada Sivia teman sebangkunya yang baru datang.
“Ada cowok lo tuh” kata Sivia, matanya mengarah pada ujung koridor sekolah dimana seorang cowok tampan sedang berjalan kearah mereka.
“Sembarangan kalau ngomong” sahut Ify dengan bibir mengerucut. “Daripada ngegosip, mending belajar aja buat ulangan fisika nanti”
Sivia yang baru saja akan tertawa karena melihat Ify yang kesal langsung melongo.
“Demi apa ?” seru Sivia shock lalu segera melangkah ke dalam kelas setelah melihat buku catatan ditangan Ify. Karena biasanya Ify hanya akrab dengan buku jika ada ulangan saja, jadi Ify pasti tidak berbohong. Ify hanya terkekeh pelan melihatnya.
“Oii Fy..”
Ify menoleh kearah Rio –sahabatnya dari SMP- yang semakin mendekat, cowok itu melambaikan tangan. Ify balas melambai lalu kembali fokus pada buku fisikanya.
“Apa nih ?” tanya Rio ketika berada didepan Ify, Rio lantas merebut buku ditangan Ify membuat Ify mendelik.
“Balikin Rio !!” Ify berusaha merebut bukunya tapi Rio dengan cepat mengelak.
Fi-si-ka ?” Rio mengeja, lalu beralih pada Ify. Sedetik kemudian tawanya menyembur.
“Kenapa sih lo ?” sewot Ify lalu kembali merebut bukunya, kali ini berhasil.
“Lo baca buku fisika ? nggak salah ? bukannya lo seneng baca novel yang kata lo banyak cowok-cowok kerennya itu” Rio terkekeh lalu ikut menyenderkan diri disamping Ify.
“Gue ulangan ntar” jawab Ify singkat lalu kembali sibuk dengan bacaannya.
“Ulangan baru belajar lo” Rio dengan segera menoyor kepala Ify.
Ify menghela napas jengah, lalu menatap Rio tajam. “Lo ganggu tau nggak”
Ify lalu memukul kepala Rio dengan buku ditangannya.
“Sori, sori” Rio nyengir “Kalau lo bisa dapet nilai diatas 40 ntar gue traktir deh, kalau dibawah itu lo yang traktir gue. gimana ?”
Ify menatap Rio sebentar lalu mengangguk. Walaupun hanya sesekali membuka buku, Ify yakin ia akan dapat menembus angka 40, itu bisa dibilang nilai yang mudah digapai kan kalau serius belajar ? Ify tersenyum dalam hati sampai ia teringat kalau Rio sedang meledeknya. Bayangkan saja, 40 ? itu sama saja meremehkan Ify. Sialan !!
“Apa ?” sahut Rio ketika Ify kembali menatapnya.
“Lo ngeremehin gue banget ya ?” kata Ify sebal. Rio terkekeh lalu mencubit kedua pipi Ify gemas.
“Aduh Riooo..” Ify segera memukul kedua tangan Rio yang masih mencubit pipinya sampai tangan Rio akhirnya terlepas.
“Loading otak lo lama banget, gemes gue” sahut Rio lalu tertawa renyah “Sukses ya, sampai ketemu dikantin”
Rio lantas melangkah meninggalkan Ify yang cemberut setelah ia membuat berantakan rambut anak perempuan itu. Menyebalkan sekali !!

^^^^^^^^^^

“Kayaknya gue salah orang deh buat ngajak taruhan, yang ada gue malah bangkrut” Rio geleng-geleng kepala.
Ify yang didepannya terkekeh “Makanya jangan ngeremehin gue” cibir Ify lalu menyantap beberapa gorengan didepannya dengan rakus.
Setelah mendapat nilai 50, yang yah walaupun tidak bisa begitu dibanggakan sih tapi setidaknya Ify dapat bersorak riang dibalik nilai fisikanya. Sesuai perjanjian Rio lah yang akan mentraktir. Walaupun tak jarang mendapat traktiran dari Rio, tapi tetap saja Ify bersemangat. Ify sampai memesan segala makanan yang ada dikantin. Sebenarnya lebih karena ingin balik mengerjai Rio sih.
“Untung gue bawa uang banyak hari ini” kata Rio disela-sela makannya.
“Berapa ?” tanya Ify dengan mulut penuh.
Rio mencondongkan tubuhnya kearah Ify “Tapi jangan bilang siapa-siapa ya” bisik Rio.
Ify menelan makanan dimulutnya lalu menatap Rio bingung, kenapa harus bisik-bisik segala sih ? namun akhirnya Ify mengangguk juga.
Rio lalu mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dari saku bajunya.
Ify membelalakkan matanya, lalu menatap Rio yang kembali menarik tubuhnya, cowok itu menampakkan wajah menyesal. Apa-apa’an ini ? iya itu banyak kalau cuma buat beli permen satu biji, tapi kan yang ada dimeja mereka sekarang bukan permen satu biji tapi hampir semua makanan yang ada dikantin. Rio pasti bercanda.
“Lo nggak usah bercanda deh Yo, nggak lucu tauk” kata Ify. Ia mulai panik, sifat buruknya yang selalu datang jika ada masalah sekecil apapun itu.
Rio menghela napas “Gue serius, gue lupa bawa. Ini sisa duit kemaren”
Ify menggigit bibir, bagaimana ini ? kenapa Rio tidak bilang daritadi sih ? uang Ify juga tidak akan cukup membayar makanan sebanyak ini.
Ify menatap Rio yang kembali sibuk dengan sepiring siomay “Makan aja dulu, ntar pikirin lagi gimana biar nggak dimarahin” kata Rio santai.
Ify mengerucutkan bibirnya, nafsu makannya sudah hilang digantikan oleh rasa cemas. Apa Rio ini sudah gila ? dia makan seperti tidak akan terjadi apa-apa setelahnya.
Rio menghentikan makannya lalu menatap Ify yang tak lagi melirik satu pun makanan didepannya “Kalau nggak diabisin rugi loh, nggak kenyang, kena omel sama hukuman pula” kata Rio.
Ify menghela napas, benar sih tapi sekarang ia sudah cemas banget.

^^^^^^^^^

Ify menggigit bibir bawahnya, rasanya ia ingin menangis sekarang. Rio yang katanya mau nraktir malah bawa uang sepuluh ribu, dan sialnya lagi cowok itu malah tidak menampakkan batang hidungnya setelah beralasan ingin ke toilet. Harusnya Ify tak usah percaya, dasar. Sahabat macam apa itu ?
Dengan tekad bulat Ify akhirnya menghampiri ibu kantin yang bertubuh bongsor. Berharap ibu kantin itu tidak marah, kalau ngutang gapapa kan ?
“Bu. . .” panggil Ify sedikit ragu, membuat ibu kantin yang nampak sibuk menoleh.
“Iya nduk ?”
“Gini. . .” Ify menggaruk tengkuknya. Kakinya sudah gemetaran membayangkan reaksi apa yang akan diberikan oleh ibu kantin, kalau langsung disuruh nyuci piring sih gapapa, nah kalau di marah-marahin dulu kan malu diliatin anak-anak yang lain.
“Kenapa toh ? mau pesen lagi ?” tanya ibu itu tak sabaran, membuat Ify semakin gemetaran. Gini aja respon ibu itu sudah menyeramkan apalagi kalau Ify mengatakannya.
“Mau bayar” akhirnya Ify mengatakannya juga.
“Yang tadi sama mas Rio toh ? yang pesennya banyak ?”
Ify mengangguk “Iya”
“Udah dibayar toh nduk sama mas Rio, masa’ lupa” kata ibu itu membuat Ify melongo.
“Ka..kapan bu ?” tanya Ify bingung, kesal sekaligus lega.
“Selesai makan tadi, wah kok lupa” ibu kantin itu tersenyum geli melihat Ify yang masih nampak bingung.
“Oh, yaudah kalau gitu makasih bu” kata Ify lalu melangkah meninggalkan kantin untuk mencari Rio. Sialan, niatnya mengerjai Rio tapi ia malah dikerjain balik.

^^^^^^^^^^

“Riooooo...” seru Ify langsung ketika melihat Rio yang berada ditengah lapangan. Tangannya menggenggam bola basket, sepertinya Rio baru saja selesai bermain basket bersama teman-temannya, terlihat dari mereka yang sekarang membubarkan diri.
“Fy..” Rio balas berseru ketika melihat Ify “Suara lo bikin teman-teman gue pada bubar”
Kekesalan Ify semakin bertambah mendengar ucapan Rio.
“Emang udah selesai kali Yo” seru Cakka –teman sekelas- Rio sambil geleng-geleng kepala, lalu meninggalkan lapangan bersama anak-anak lain.
Rio terkekeh pelan lalu melambaikan tangan pada Ify yang masih berdiri dipinggir lapangan. Ify lantas melangkah dengan langkah lebar kearah Rio.
“Haii Fy, kemana aja tadi. Gue balik ke kantin lo udah nggak ada” kata Rio setelah Ify berada didepannya.
Ify melipat kedua tangannya didepan dada “Nggak usah bohong, lo nggak balik kekantin lagi. Lo kabur, lo bohongin gue”
Rio menggaruk belakang kepalanya “Ketahuan ya ?” katanya lalu nyengir.
“Ihhh, lo ngeselin tau nggak Yo. gue hampir aja nangis tauk, gue malu, gue takut” wajah Ify memerah karena kesal.
“Sori, sori” sesal Rio walaupun nampak menahan tawa melihat Ify.
Ify membuang muka “Nggak mau”
“Ayolah Fy, gue kan cuma bercanda” bujuk Rio sambil menyatukan kedua tangannya setelah melepaskan bola basket di tangannya begitu saja.
“Gue mau kekelas”
Rio segera menahan lengan Ify ketika Ify hendak berbalik “Lo marah beneran ya ?” tanya Rio memastikan.
“Menurut lo ?” kesal Ify.
Rio menghela napas “Sori, nggak lagi deh”
Ify kembali membuang muka.
“Lo gue ajarin bakset sampe sore deh, kelas lo jam kosong kan sekarang ? kelas gue juga. Nah, gue ajarin basket sampai sore atau sampai lo mau deh. gimana ?” tanya Rio berharap Ify memaafkannya.
Ify menatap Rio yang nampak memohon itu “Itu kan emang kewajiban lo buat ngajarin gue bakset” kata Ify tak terima, nggak ada yang lain apa ?
Rio terkekeh “Iya deh anak didikku” Rio mengacak-acak rambut Ify gemas.
“Maafin gue ya” mohon Rio lagi, kali ini sudah berlutut didepan Ify dengan kedua tangannya disatukan. Mau tak mau Ify tersenyum juga melihat Rio yang sudah seperti anak kecil meminta permen itu.
“Gue maafin, tapi ntar traktir ice cream” kata Ify.
“Lagi ?” tanya Rio tak percaya.
Ify mengangguk mantap “Gimana ?”
Rio kemudian bangkit “Oke, nggak masalah” kata Rio lalu menarik tangan Ify ke bawah ring dimana bola basket tadi tergeletak.
“Ayo sekarang lo lawan gue” kata Rio lalu memantulkan bola basket yang sudah ditangannya.
“Lo ngeledek ?” Ify mengerucutkan bibirnya, dia kan nggak bisa main basket. Walaupun sudah sering diajari Rio, tapi tetap saja ia masih amatiran soal basket.
“Ngeledek tuh gini” kata Rio lalu berdehem “Eh, Ify yang payahnya kebangetan kalo soal basket, walaupun udah berapa kali gue ajarin tapi nggak ada perkembangan sama sekali. Ayo tanding sama gue”
Ify langsung menjitak kepala Rio membuat cowok itu meringis.
“Ngeselin ah”
Rio terkekeh “Ayo, lo kan udah sering gue ajarin. Abis ini, latihan lagi deh”
Ify menghela napas lalu segera merebut bola ditangan Rio.
“Biar gue yang pegang” kata Ify, lalu memantulkan bola basket itu kelantai lapangan.
Rio tersenyum lalu sedikit membungkukkan badannya mengikuti Ify. Rio menatap Ify yang dibalas Ify dengan tatapan setajam mungkin.
Satu sudut bibir Rio terangkat lalu dengan mudah direbutnya bola basket ditangan Ify, Ify berdecak lalu berlari mengejar Rio. ia tak sadar kalau Rio lagi-lagi mengerjainya. Cowok itu malah mengelilingi lapangan dengan bola basket ditangannya.
Setelah beberapa putaran dan capek yang mulai terasa barulah Ify sadar “Rio lo mau ngajak main basket apa gimana sih ?” seru Ify kesal lalu duduk selonjoran dipinggir lapangan. napas nya nampak tak teratur, Ify yang memang lemah dibidang olahraga jelas saja mudah capek dibanding Rio yang jago dalam hampir semua bidang olahraga itu.
“Main basket lah, yang tadi cuma pemanasan doang” balas Rio.
Ify melengos lalu mengurut-urut kakinya. Sambil berusaha menetralkan napasnya kembali.
Rio tertawa kecil, lalu memasukkan si bundar orange dengan mulus melewati ring. Tiba-tiba ia mendapat ide bagus.
“Aduuhhh...” Ify mendongak dan mendapati Rio nampak kesakitan sambil memegangi pergelangan kaki kanannya.
“Rioooo..” seru Ify lalu segera menghampiri cowok itu ditengah lapangan.
“Lo kenapa Yo ?” tanya Ify panik.
“Kekilir” jawab Rio sambil menampakkan ekspresi kesakitan, Ify yang panik ikut mengurut-urut pergelangan kaki Rio.
“Kok bisa sih ?” tanya Ify menatap Rio yang kini malah tersenyum, wajah kesakitannya sudah tak nampak lagi.
“Bisa aja sih, kalau gue mau” sahut Rio sambil tersenyum jail.
Ify yang sadar telah dikerjai –lagi- langsung memukul kaki Rio keras-keras.
“Ify..aduuhh sakit..duhh” nampaknya kali ini Rio benar-benar kesakitan. Tapi Ify sudah tak peduli, ngapain sih pakai acting segala. Tapi Rio emang bakat acting sih ? buktinya Ify sampai tertipu 3 kali dalam satu hari ini. Dasar, menyebalkan !!

^^^^^^^^

“Yeeyy masukkk..Rio lo liat tadi kan ? masuk Yo, gue bisa masukin bola basketnya” seru Ify riang. Ini bola pertamanya yang masuk setelah percobaan sebanyak hampir 40 kali dan sudah sepatutnya ia senang.
Rio yang daritadi mengawasi dipinggir lapangan mengacungkan jempolnya.
“Rekor tuh” kata Rio lalu terkekeh.
Ify tersenyum lebar lalu menghampiri Rio. Rio menyodorkan sebotol air pada Ify yang langsung diterimanya. Ify langsung menenggak minuman itu dengan rakus, ternyata daritadi tenggorokannya begitu kering dan ia baru sadar sekarang.
Rio menyandarkan tubuhnya dibangku penonton, matanya menatap lurus kedepan.
“Capek ya Yo ? sori deh, gue keasyikan sih” Ify nampak menyesal.
Rio menoleh lalu tersenyum, diacaknya rambut cewek itu sehingga nampak sedikit berantakkan “Gapapa, pasti lo lebih capek”
Ify menggeleng “Nggak kok, serius !! malah gue bugar banget” Ify memamerkan deretan gigi putihnya.
Rio kembali terkekeh.
“Belum aja, ntar deh pas lo nyampe rumah. Baru kerasa” sahut Rio, lalu kembali menatap langit yang mulai menggelap. Sebenarnya ia capek juga tapi melihat Ify yang nampak bersemangat rasa capeknya terasa tergantikan.

^^^^^^^^^
Besoknya, seperti pagi-pagi sebelumnya. Rio selalu berkunjung ke kelas Ify. Ify yang memang biasa datang pagi nampak sedikit terkejut melihat kehadiran Rio yang tumben-tumbenan bisa datang lebih pagi dari biasanya.
Selama hampir 15 menit, keduanya larut dengan kesibukan masing-masing. Ify nampak sudah larut dalam bacaan favoritnya –novel teenlit- sementara Rio sibuk mencoret-coret bagian belakang buku Ify.
“Lo percaya cinta pada pandangan pertama ?” tanya Ify tiba-tiba membuat Rio menghentikan aktivitasnya dan menoleh padanya.
“Nanya gue ?” tanya Rio.
Ify menghela napas “Nggak, sama bangku nih” Ify menepuk-nepuk bangkunya sendiri dengan kesal.
Rio terkekeh, lalu menggeleng “Nggak, lo pasti nanya gitu karena novel lo itu kan ?” Rio mencibir.
Ify nyengir “Iya, nama tokoh cowoknya itu Reyhan dan dia itu perfect banget tau nggak Yo. Udah punya wajah cakep, keluarganya kaya, trus dia tuh pinter, jenius, baik hati—“
“Tidak sombong dan rajin menabung” potong Rio lalu mendengus.
“Lo tuh mau aja ya, dibodoh-bodohin karakter dalam novel. Mana ada cowok sempurna didunia ini. Atau mungkin ada, walaupun nggak sempurna-sempurna amat, mendekatilah bisa dibilang kayak gitu. Kayak gue misalnya...”
Ify memutar bola matanya mendengar ocehan Rio.
“Tadi lo bilang cakep” Rio berdehem “Gue ? tanpa gue bilang lo juga tau kan kalau gue itu cakep”
Sok banget !! batin Ify, walaupun sebenarnya ia mengakui kalau Rio memang cakep tapi nggak pake’ narsis bisa kali.
“Kaya ? Lo juga tau kalau gue kaya, ya walaupun itu semua harta bokap-nyokap sih” sombong Ify kembali merespon dalam hati.
“Pinter ? lo juga tau kalau gue pinter, yah walaupun cuma di bidang olahraga, tapi tetep aja masuk kategori pinter” kali ini Ify terkikik.
“Jenius ? saat ini mungkin belum, tapi ntar liat aja gue bakal ja—“
“Iya, iya udah deh panjang banget pidato lo” potong Ify.
Rio terkekeh “Intinya nggak ada cowok yang sempurna, jangan terlalu larut dalam tokoh cowok di novel, emang lo mau nikah sama cowok khayalan ?” tanya Rio.
Ify mengerucutkan bibirnya “Nggak lah”
“Nah, gitu dong. Kalau gitu sini novelnya. Mending lo ba—“
“Permisi”
ucapan Rio terputus ketika mendengar suara seseorang, sementara tangannya yang tadi ingin mengambil novel Ify terhenti diudara. Ify dan Rio menoleh serempak ke ambang pintu kelas, disana nampak seorang cewek yang asing bagi mereka sedang tersenyum ramah menampakkan lesung pipinya. Cewek itu sangat cantik, pendeskripsiannya sama seperti cewek dalam novel yang sedang Ify baca. Lesung pipi nya, rambutnya yang terurai nampak hitam dan lebat, bola matanya yang bulat, bulu matanya yang lentik, bibir mungilnya, pokoknya mendekati sempurna deh.
“Bisa minta tolong ?” tanya cewek itu ketika melihat Rio dan Ify hanya bengong menatapnya.
Yang pertama tersadar adalah Ify “Bisa, minta tolong apa ?”
Cewek itu tersenyum lalu mendekat kearah bangku Rio dan Ify duduk yang berada disebelah dinding.
“Aku baru pindah kemari, jadi nggak tau dimana ruang kepala sekolahnya, bisa tolong tunjukin”
Oh, jadi murid pindahan, pantas baru liat. Ify mengangguk-angguk lalu beralih pada Rio yang masih nampak bengong. Ify segera menyenggol bahu Rio membuatnya tersadar.
“Eh, bisa ayo gue anter !!” kata Rio cepat, lalu bangkit dari duduknya.
Cewek itu mengangguk lalu berjalan mengikuti Rio yang sudah keluar kelas.
Ify mengamati kepergian Rio dan cewek itu, ia lalu mendengus. Ify segera membuka novelnya dan membolak-balik novel itu sampai pada satu halaman. Peristiwanya persis seperti yang ada didalam novel, dan si cowok langsung jatuh cinta pada pandangan pertama sama si anak baru, pada akhirnya kedekatan si cowok dengan sahabat ceweknya merenggang karena si anak baru yang membuat si cowok jatuh cinta. Ify menggeleng, Rio bilang dia nggak percaya sama cinta pada pandangan pertama, jadi nggak ada yang perlu di khawatirkan, Rio nggak mungkin ninggalin sahabatnya sendiri, apalagi demi anak baru yang baru dikenal.

^^^^^^^^^^

“Gue kayaknya berubah pikiran” gumam Rio membuat Ify yang disampingnya menoleh. Sekarang mereka tengah berada di gazebo belakang rumah Ify.
“Apa ?” tanya Ify.
Rio menatap Ify, lalu tersenyum “Gue percaya sama cinta pada pandangan pertama. Cewek itu, anak baru tadi udah nunjukinnya sama gue” kata Rio.
Ify menautkan alisnya, ia jelas terkejut sekaligus cemas. Bagaimana kalau alur ceritanya sama dengan apa yang di alami Chacha –tokoh cewek- di novel yang dibacanya. Ify segera menggeleng, nggak mungkin sama kan?
“Fy...” Ify tersentak ketika Rio menepuk bahunya.
“Yweeh, bengong lagi...”
“Emm, lo serius Yo?” tanya Ify.
Rio mengangguk “Kayaknya sih gitu, soalnya gue belum pernah ngerasain yang kayak gini, apalagi sama orang yang baru gue kenal” kata Rio matanya kembali menatap lurus kedepan.
“Rasain apa ?” tanya Ify pelan.
“Entahlah, yang pasti gue jadi pengen deket dia terus, gue pengen tau gimana kepribadian dia, semuanya lah, gue seneng ngobrol sama dia, walaupun tadi cuma sebentar, gue---“
“Apa lo yakin itu cinta?” potong Ify membuat Rio kembali menatapnya.
“Gue rasa iya” kata Rio lalu tersenyum.
Ify terdiam, ini pertama kalinya Rio berkata langsung kalau cowok itu menyukai seseorang. Harusnya Ify senang tapi sekarang ia malah merasa gundah, kalau sampai Rio meninggalkannya bagaimana ? ia tak mau kehilangan sahabat terbaiknya, Ify segera menepis pemikiran itu. Rio orangnya nggak mungkin gitu.

^^^^^^^^^

“Rio itu cakep juga ya”
Ify menurunkan novel yang baru saja akan ia baca ketika mendengar Sivia yang duduk disampingnya bicara.
“Cakep dari hongkong” cibir Ify.
“Dari segala penjuru mana pun sih” Sivia terkekeh sementara Ify hanya geleng-geleng kepala. Ia lalu mengalihkan pandangan kearah lapangan dimana anak-anak cowok kelasnya sedang tanding basket dengan anak-anak cowok kelas Rio. Hari ini kelas Ify sedang jam olahraga tapi gurunya sedang absen, sementara kelas Rio sedang pelajaran kosong. Kebetulan sekali.
“Yakin lo nggak suka sama Rio Fy ?” tanya Sivia membuat Ify kembali menatapnya.
“Nggak lah. Dia kan sahabat gue”
“Sahabat jadi cinta kan sering terjadi, apalagi yang sahabatannya lengket banget kayak kalian, masa’ nggak ada rasa sedikit pun sih”
“Lo kebanyakan nonton sinetron Vi” Ify terkekeh lalu kembali menekuni novelnya, tapi yang ada mata Ify menerawang menatap deretan tulisan novel yang ia pegang. Sahabat jadi cinta ? Ify tak menampiknya, karena itu tak hanya terjadi di sinetron, di novel yang ia baca juga sering dan di dunia nyata tak menutup kemungkinan seperti itu. dan tak sedikit juga yang persahabatannya malah berakhir gara-gara cinta tumbuh pada salah satu orang sahabat itu. Ify menghela napas, dia suka Rio ? nggak mungkin lah. Rio sudah punya ruang sendiri didalam hatinya, sebagai sahabat.

^^^^^^^^^^^^

Seminggu berlalu, membuat perasaan Ify semakin tak karuan. Pasalnya yang ia takutkan selama ini terjadi. Rio –sahabat karibnya- sekarang malah lebih sibuk dengan murid baru yang ternyata satu kelas dengan Ify, makin lama keduanya makin lengket saja. Seperti sekarang ini, Rio memasuki kelasnya bukan untuk menemui Ify seperti sebelumnya tapi untuk menemui murid baru bernama Shilla itu. Tak heran kalau Rio mendekatinya, mengingat Shilla yang sangat cantik terlebih Shilla juga menjadi incaran sebagian besar cowok disekolahnya dari pertama dia masuk.
“Cemburu ?”
Ify menatap Sivia yang duduk disebelahnya, Sivia nampak tersenyum jail padanya.
“Cemburu ?” Ify balik nanya, bingung.
“Iya, cemburu. Lo cemburu ya sama Rio ?”
Ify melongo lalu segera menggeleng cepat “Enggak kok, cemburu apanya coba” elak Ify.
Sivia tersenyum geli “Terus kenapa lo ngeliatin Rio terus dari tadi ? hayooo ?”
“Masa’ sih ?” tanya Ify lalu membuka novel yang daritadi tergeletak diatas meja.
“Kadang kita baru nyadarin perasaan kita saat seseorang itu mulai menjauh” kata Sivia. Ify tak menyahut, pura-pura sibuk dengan novelnya, padahal jelas sekali pikirannya tidak disana, ia mencerna kata-kata Sivia barusan. Sepertinya kata-kata itu tidak asing baginya.

^^^^^^^^^^^

Tukk...Tukk..Tukkk..

Ify memantulkan bola basket ditangannya tanpa minat, sudah hampir setengah jam ia menunggu kedatangan Rio yang katanya akan mengajarinya main basket.
Ify menghela napas lalu mencoba melempar bola ke dalam ring. Lemparannya sangat buruk.
“Ifyyy...”
Ify menoleh, senyum diwajahnya langsung terukir melihat Rio yang berlari menghampirinya. Rio datang !! setelah seminggu ini Rio selalu absen mengajarinya basket, akhirnya hari ini Rio datang juga.
“Sori gu—“
“Gapapa, baru setengah jam kok” potong Ify, sebenarnya ia ingin mengomeli Rio tapi entah kenapa rasa senang yang tiba-tiba muncul membuatnya mengurungkan niatnya. Tidak biasanya hal ini terjadi.
Rio mengerutkan dahinya lalu tersenyum simpul “Sori Fy, gue nggak bisa ngajarin lo basket” kata Rio nampak menyesal.
Senyum diwajah Ify perlahan memudar, jadi tadi Rio ingin mengatakan ini. Bodoh banget sih, Ify kira Rio meminta maaf karena datang terlambat.
“Nggak apa-apa” kata Ify memaksakan senyum. Tak ingin bertanya alasannya karena sudah jelas alasannya pasti Shilla.
“Gue mau ngajak Shilla jalan” kata Rio tanpa diminta “Dan gue bakal nembak dia hari ini” lanjut Rio membuat Ify nampak terkejut.
“Nembak ?” ulang Ify, berharap ia salah dengar.
Rio mengangguk mantap “Iya, lo do’ain gue ya. Supaya gue diterima” Rio melirik jam ditangan kirinya “Sori Fy, gue harus pergi sekarang. Mau beli bunga dulu buat dia” kata Rio lalu berbalik namun baru beberapa langkah berjalan Rio kembali berbalik menghadap Ify yang masih menatapnya.
“Oh, iya lo pulang sa—“
“Gue bisa pulang sendiri, lo pikir gue anak kecil apa ?” Ify merengut membuat Rio tersenyum.
“Yaudah, gue duluan Fy” Rio melambaikan tangannya lalu setengah berlari meninggalkan lapangan.
Ify tersenyum tipis lalu memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Kenapa dengan dirinya ?

^^^^^^^^^^^

Ify meletakkan ponselnya, lalu segera menghempaskan diri diatas kasur. Barusan ia mendapat kabar yang entah baik atau buruk. Tapi yang pasti kabar ini kabar yang baik atau mungkin sangat baik untuk Rio, karena ia dan Shilla telah resmi pacaran.
Ify meraih ponsel yang sempat ia letakkan diatas meja samping kasurnya. Lalu membuka menu galeri. Ify tersenyum simpul melihat foto dirinya dan Rio yang sedang tersenyum lebar. Itu foto dimana Rio terakhir kali mengajari Ify bermain basket, sebelum kedatangan Shilla.
Tanpa terasa air mata Ify menitik. Ify segera mengusapnya lalu kembali menatap foto Rio yang berada disamping fotonya.
“Nggak mungkin gue suka sama lo kan Yo ?” gumam Ify.
“Lo kan nyebelin, rese’ dan selalu dihukum karena keseringan lupa bikin pr” lanjut Ify, air matanya menitik lagi “Bilang kalau nggak mungkin gue itu suka sama lo !! bilang Rio !!”
Ify menggigit bibir bawahnya, tak ingin suara tangisnya terdengar.
“Bodoh !!” maki Ify lalu menghempaskan ponselnya diatas kasur.

^^^^^^^^^

Ify dan Sivia menghentikan langkahnya diambang pintu ketika jalan mereka terhalang oleh Rio yang ingin masuk kekelas mereka.
“Pasti Shilla deh” kata Sivia membuat Rio menggaruk tengkuk. Berita tentang hubungannya dengan Shilla ternyata berkembang dengan pesat. Padahal baru kemarin ia dan Shilla jadian.
Rio lalu melirik Ify yang sedang menatapnya namun sedetik kemudian langsung mengalihkan pandangan.
“Shilla lagi sama cowok-cowok tuh” kata Sivia sambil menggidikkan dagu kedalam kelas. Rio mengikutinya, lantas menggidikan bahu cuek.
“Namanya juga orang cantik”
Sivia melotot “Gila lo, kalo diembat sama salah satu cowok itu baru tau rasa”
Rio menatap Sivia datar “Nggak mungkinlah” sahut Rio lalu melirik Ify yang masih diam ditempat.
“Fy? kenapa? lo sakit?” tanya Rio, tangannya bergerak menyentuh dahi Ify.
Ify tersentak lalu menyingkirkan tangan Rio, wajahnya tiba-tiba memerah.
“Gapapa” kata Ify lalu segera melangkah meninggalkan Rio dan Sivia yang menatapnya bingung.

^^^^^^^^

Ify kembali melempar bola basket ditangannya ke dalam ring. Ini sudah ke 6 kalinya ia mencoba. Tapi hasilnya tetap saja gagal.
Ify mendesah, lalu melangkah dan meraih bola basket yang tergeletak dibawah ring. Ify berdiri lalu menatap bola basket ditangannya. Sekarang ia selalu berlatih sendirian. Tiba-tiba, Ify teringat saat Rio menyentuh dahinya tadi. Entah kenapa jantung Ify berdegup kencang ketika Rio melakukan hal itu.
Ify menggeleng, lalu kembali melangkah menjauhi ring. Ia harus fokus, ada atau tanpa Rio itu akan sama aja.
Ify memantapkan dirinya, matanya menatap lurus-lurus kearah ring.
“Gue bisa” gumam Ify yakin, lalu kembali melempar bola ditangannya. Ify baru saja akan bersorak sampai bola yang berputar disepanjang ring itu malah terjatuh keluar ring. Sial !!
“Bodoh !!” maki Ify sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.
“Kalau mainnya pake emosi ya kayak gitu hasilnya”
Ify lantas menoleh, seorang cowok yang serasa tak asing bagi Ify berjalan mendekat. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana. Ify mengernyit, nampak mengingat-ingat cowok yang sudah berdiri didepannya sekarang.
“Gue Alvin” kata cowok itu memperkenalkan diri, seperti bisa menebak raut kebingungan Ify “Ketua basket sekolah kita, remember?” lanjut Alvin, menahan senyum ketika melihat raut wajah Ify yang nampak berpikir keras.
Ify segera melongo, Alvin ? ketua basket ? Ify ingat sekarang, pantas saja ia merasa tak asing. Astagaaa. Bodoh, gimana ia bisa lupa sih ?
“Mau diajarin main bakset ?”
Ify kembali melongo, mendengar tawaran Alvin yang tiba-tiba.
Alvin terkekeh “Gue beberapa hari ini sering liat lo main basket sendirian, tapi kayaknya itu susah banget ya buat lo”
Ify meringis, merasa malu karena sudah tertangkap basah seperti itu.
“Nggak usah deh kak” tolak Ify, lebih karena tak ingin malu –lagi- jika Alvin melihatnya terus-terusan bermain basket. Sudah cukup Alvin yang melihatnya secara diam-diam.
“Gapapa, nggak usah ngerasa nggak enak. Gue seneng kok ngajarin basket sama orang yang emang bener-bener serius. Jadi, gue nggak mau denger penolakan !!”
Ify menatap Alvin tak percaya, lalu segera tersenyum. Ify baru tau kalau Alvin yang notabennya kakak kelasnya ini begitu baik. Ify akhirnya mengangguk, tak ingin lagi menyia-nyiakan kesempatan langka. Bagaimanapun caranya akan ia lakukan agar bisa bermain basket dengan semestinya, nggak muluk-muluk yang penting dari sepuluh kali melempar setidaknya 8 yang masuk atau setidaknya 7. Bukan sepuluh kali mencoba, satu aja belum tentu masuk.

^^^^^^^^^^^^

Langkah kaki Ify mendadak berhenti ketika melihat Rio berjalan kearahnya. Lagi-lagi jantung Ify berdetak tak karuan, hal yang akhir-akhir ini selalu terjadi jika ia bertemu pandang dengan sahabatnya itu.
Rio melambaikan tangan sambil melempar senyum kearah Ify yang masih membatu ditempatnya. Ify balas tersenyum kikuk.
“Nggak pulang ?” Tanya Rio setelah berada didepan Ify.
“Mau latihan dulu” jawab Ify.
Rio tiba-tiba ingat “Ify, sori banget. Hari ini Shilla minta ditemenin ke—“
“Gapapa” potong Ify tak ingin mendengar lebih lanjut “Udah ada yang ngajarin kok”
“Siapa ?”
“Riooo..”
Ify dan Rio refleks menoleh. Nampak Shilla sedang berjalan kearah mereka dengan senyum terukir diwajahnya.
“Kalau gitu gue duluan ya Yo” kata Ify lalu beranjak pergi sebelum Rio sempat mencegah.
“Rio, jadi kan ?” Tanya Shilla sambil mengamit lengan Rio.
Rio tersenyum lalu mengacak-acak rambut Shilla gemas “Iya” katanya. Sebelum melangkah pergi Rio kembali menoleh pada Ify yang masih belum hilang dari pandangannya. Mata Rio memicing ketika melihat Alvin tiba-tiba menghampiri Ify. Setelah mengobrol sebentar, selanjutnya mereka berdua berjalan bersama kearah lapangan. Sejak kapan mereka berdua dekat ?

^^^^^^^^

Besoknya sepulang sekolah, seperti biasanya Rio melangkah kearah kelas Ify. Dan kali ini entah kenapa, Rio lebih ingin bertemu dengan Ify. Ia masih penasaran tentang kedekatan Ify dan Alvin.
Langkah Rio berhenti diambang pintu kelas Ify, ketika tau-tau ponsel disakunya bergetar. Rio segera membaca pesan yang ternyata dari Shilla. Cewek itu harus pulang cepat, tanpa membaca alasannya Rio kembali menyimpan ponselnya lalu mengamati keadaan kelas yang ternyata sudah kosong.
Rio menghela nafas, tanpa sengaja pandangannya menangkap sosok Ify yang sedang tertawa bersama Alvin ditengah lapangan. Rio menatap lurus-lurus kearah lapangan basket dimana Ify sedang berlatih bakset dengan Alvin. Rio tak tau darimana mereka bisa sedekat itu, ia belum sempat bertanya pada Ify. Terlebih akhir-akhir ini Ify nampak menghindarinya.
“Woii Yo”
Rio melirik Cakka –teman sekelasnya- yang sedang berjalan kearahnya.
“Belum pulang lo ? nungguin Shilla ya ?” Cakka bersiul lalu menepuk-nepuk pundak Rio.
“Lo sendiri ?” Tanya Rio yang kembali fokus menatap kearah lapangan.
“Biasa panggilan alam tadi” jawab Cakka dengan cengirannya.
“Alam gaib ?”
“Sialan lo !!” umpat Cakka lalu mengikuti arah pandang Rio. Detik selanjutnya ia melongok kedalam kelas Ify.
“Wah, wah. Kayaknya ada yang mau jadi playboy nih bentar lagi” kata Cakka namun Rio sudah tak mendengarkannya lagi, ia terlalu fokus dengan pikirannya sendiri tentang kedekatan Ify dan Alvin. Entah kenapa, ia tak suka melihat kedekatan mereka.
Cakka berdecak ketika diabaikan “Milih antara bunga mawar sama bunga melati emang susah ya yo ?”
Kali ini Rio menoleh ketika Cakka menepuk bahunya.
Rio mengerutkan dahi bingung.
“Tapi lo beruntung, bisa deket sama keduanya” Cakka tertawa kecil.
“Ngomong apa sih lo ?”
“Lo suka sama Ify kan ?” Tanya Cakka langsung membuat Rio terdiam, detik selanjutnya cowok itu tertawa.
“Gue ? suka sama Ify ? ayolah !! dia itu sahabat gue, mana mungkin gue suka sama dia. Gue udah punya Shilla bro !!”
Cakka tersenyum tipis “Buat nyadarin perasaan yang sebenarnya itu emang suka telat bro. ibarat sinyal, loadingnya tuh lama. kayak lo gini, sebelum loadingnya udahan lo udah nyerah duluan dan berpaling sama cewek lain. Anggap aja lo ngambil jalan pintas tanpa lo sadarin kalau jalan pintas yang lo ambil itu salah”
“Gue nggak ngerti lo ngomong apa !!” kata Rio lalu beranjak meninggalkan Cakka tanpa kembali menoleh kearah Ify dan Alvin di lapangan.
“Lo nggak ngerti ?” seru Cakka kemudian tertawa “Sebenernya gue juga nggak ngerti sih” gumam Cakka kemudian melangkahkan kakinya menyusul Rio yang sudah menghilang.
Sementara itu, tanpa sengaja Ify melihat Rio yang baru saja melangkah pergi lantas mendesah pelan. Semakin hari, hubungannya dengan Rio semakin renggang saja. Walaupun ia sendiri yang memilih menjauh, tapi di dalam lubuk hatinya ia sangat merindukan sosok Rio.

^^^^^^^^^^^

Rio kembali melirik jam ditangan kirinya, lalu mendesah pelan. Sudah hampir satu jam, tapi Ify belum pulang juga. Rio meneguk minuman yang disediakan mama Ify yang tinggal setengah sampai habis lalu beranjak dari duduknya. Niatnya hendak kembali kesekolah, memastikan Ify masih disana. Namun langkah Rio terhenti ketika melihat Ify yang baru saja turun dari sebuah motor ninja, mata Rio memicing ketika cowok yang barusan mengantar Ify membuka helmnya. Alvin.
Rio mendengus tak percaya melihatnya.
Setelah Alvin pergi, Ify kemudian membuka pintu pagar dan melangkah masuk. Sedetik kemudian ia terpaku melihat Rio yang berdiri tak jauh darinya, Rio sedang menatapnya datar, selanjutnya cowok itu tersenyum.
Ify kemudian menghampiri Rio.
“Rio ? lo ngapain disini ?”
“Gue merasa tersinggung ditanya gitu sama lo, biasanya gue main lo malah keseringan ngeluh. Yah kesini lagi ni orang” Rio terkekeh namun respon yang Ify berikan hanya senyuman tipis membuat Rio menghentikan tawanya.
“Lo nggak nyuruh gue masuk ?” Tanya Rio membuat Ify segera tersadar dan nyengir.
“Ayo masuk Yo !!” kata Ify lalu berjalan duluan melewati Rio yang menatapnya dengan dahi berkerut.
***

Ify dan Rio sedang berada dihalaman belakang rumah Ify, keduanya saling diam, fokus dengan pr matematika didepan mereka masing-masing. Sebenarnya Ify, tidak terlalu fokus mengerjakannya, ia lebih suka mengerjakan pr sendiri semenjak ia mulai menyadari perasaan konyolnya terhadap Rio. Apalagi sekarang Rio sudah mempunyai Shilla. Ify menghela nafas pelan, ia sudah tak tahan lagi.
“Yo” kata Ify membuat Rio menatapnya.
“Lo pulang aja deh. Gue mau istirahat soalnya”
“Yaudah sana istirahat” kata Rio yang kembali fokus pada buku pr-nya.
Ify mengerucutkan bibirnya, ia lupa kalau Rio tidak akan mengambil hati semua omongannya, maupun itu omongan yang menyakitkan sekalipun. Karena dari awal, mereka tau kalau ucapan mereka hanya sebatas candaan. Tapi kali ini berbeda, Ify serius.
“Eh, lo udah selesai berapa soal ?”
Ify tersentak ketika tau-tau Rio sudah berpindah disampingnya. Jarak mereka yang cukup dekat membuat jantung Ify berdetak lebih cepat.
“Lo belum satu soal pun ?” seru Rio tak percaya ketika melihat buku pr Ify.
“Lo nggak ngerti ?” Tanya Rio lagi “Sini gue ajarin !!”
“Nggak usah !!” Ify merebut buku pr-nya lalu bangkit.
Rio menatap Ify bingung lalu menghela nafas. Ditariknya tangan Ify membuat anak perempuan itu terduduk disampingnya. Ify menatap Rio tak percaya, jantungnya masih belum berdetak normal.
“Kenapa muka lo merah gitu ?” Tanya Rio dengan dahi berkerut.
Ify melongo, pikirannya benar-benar kosong. Ia bingung mau bicara apa sekarang.
“Sini !!” Rio mengambil alih buku ditangan Ify lalu membukanya diatas meja.
Sementara Ify mengamati Rio yang sekarang sedang menjelaskan soal nomor 1. Kedua sudut bibir Ify terangkat, perasaan hangat tiba-tiba menyelimuti hatinya.
Tiba-tiba ponsel Rio bergetar. Rio meraih ponselnya, lalu melirik Ify.
“Sebentar Fy !!”
Rio bangkit lalu melangkah sedikit menjauh dari Ify. Ify menghela nafas, bodoh. Kenapa ia masih berharap, kenapa ia sampai lupa kalau ada cewek yang menempati posisi teratas dihati Rio ?
Setelah hampir 3 menit Rio kembali duduk disamping Ify yang sedang menatap kosong buku didepannya.
“Fy gue. . .”
“Iya gue tau, udah sana pulang !! gue juga mau istirahat” kata Ify tanpa menatap Rio.
“Fy. . .”
Ify bangkit dari duduknya lalu segera masuk ke dalam rumah, meninggalkan Rio yang menatapnya kebingungan.
“Kok pulang sih ? siapa yang mau pulang ?” gumam Rio bingung.
Rio kemudian melirik kembali ponsel ditangannya. Setelah menimbang beberapa detik, jemarinya mengetik pesan untuk Shilla.
“Yaudah, gue kerumah lo sekarang !!”

******

Ify mengamati tulisan tangan Rio dibelakang buku pr matematikanya.
Lo marah ya sama gue?
Hmmm, marah2 itu nggak usah dipelihara. Lo makin jelek tau nggak ?
Tuh liat, lo nih !!
Ify terkekeh pelan melihat gambar orang yang terbilang jelek disamping tulisan Rio. Sudah dari semalam Ify membaca tulisan itu berulang-ulang. Dan sampai sekarang ia masih saja membaca tulisan tangan Rio itu. biasanya ia akan marah, tapi untuk kali ini Ify merasa sangat senang. Entahlah.
Sivia yang memasuki kelas mengernyit bingung ketika mendapati Ify yang sedang senyum-senyum sendiri.
“Kenapa lo Fy ?” Tanya Sivia. Ify yang tersadar buru-buru menutup bukunya.
“Nggak kenapa-kenapa kok” kata Ify sambil memasukkan buku pr nya kedalam laci namun tangan Sivia lebih cepat merebutnya.
“Siviaaa..” seru Ify yang segera bangkit untuk kembali merebut bukunya.
“Ih, pasti ada apa-apa nih” kata Sivia sambil membolak-balik kertas buku Ify.
Ify segera merebut bukunya dari tangan Sivia lalu berlari kearah pintu kelas, niatnya ingin kabur dari Sivia namun sialnya Ify malah tersandung tali sepatunya sendiri, hampir saja Ify akan melakukan pendaratan dramatis sampai sebuah tangan tau-tau menahan lengannya.
Ify menelan ludah, nafasnya tak beraturan, buku ditangannya sekarang sudah agak remuk akibat cengkraman tangannya yang menguat. Ia masih syok dengan apa yang akan terjadi barusan.
“Lo oke kan ?”
Ify menegakkan tubuhnya lalu menoleh pada orang yang baru saja menolongnya. Kedua mata Ify melebar. Alvin.
“Ify, lo gapapa ?”
Ify lantas beralih pada Sivia yang menghampirinya, Ify mengangguk lalu mengikuti arah pandang Sivia dimana tangan Alvin masih menggenggam lengannya.
“Kak Alvin. . .” kata Ify pelan sambil melirik Alvin dan tangannya bergantian.
“Oh, sori” Alvin langsung melepaskan tangannya lantas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Ify mengangguk sambil menahan senyum kemudian melirik Sivia yang sedang menatapnya curiga. Ify berusaha mengacuhkan dengan kembali melirik Alvin.
“Makasih kak, kalau nggak ada kak Alvin mungkin tadi hidung gue udah patah” kata Ify ngeri.
Alvin terkekeh lalu mengangguk.
“Harusnya lo lebih hati-hati lagi !!”
Ify nyengir garing mendengar ucapan Alvin.
“Kak Alvin kok bisa ada disini sih ?” tanya Ify penasaran.
“Oh itu…” kata Alvin yang sekarang nampak salah tingkah “Gue denger besok sekolah kita ngadain acara gitu, gue lupa apa’an . . .”
“Semacam ajang soulmate gitu kalau nggak salah” sahut Sivia tiba-tiba membuat Alvin dan Ify menatapnya.
“Oh iya itu” kata Alvin.
“Terus ?” tanya Ify lagi.
“Gue mau ngajak lo dateng ke acara itu bareng gue” jawab Alvin “Lo mau kan?”
Ify nampak terkejut dengan ajakan Alvin barusan.
“Berdua doang kak?” tanya Ify.
“Yaelah, iya lah Ify, namanya juga soulmate. Berarti pasangan dong” sahut Sivia membuat Ify melotot kearahnya.
“Gue kan bukan pasangannya kak Alvin” kata Ify dengan wajah memerah.
Alvin terkekeh “Besok kita bakal jadi pasangan, atau mungkin hari ini kalau lo mau?”
Ify melongo, apa maksudnya coba?
“Iya, Ify mau kok kak” sahut Sivia lagi.
“Siviaaaa..” Ify langsung menyikut Sivia, lalu melirik Alvin malu.
Alvin tertawa kecil “Yaudah, besok jangan lupa ya !! gue ke kelas dulu !!” kata Alvin lalu berbalik dan melangkah meninggalkan Ify dan Sivia.
“Cieeee, Ify” goda Sivia.
“Siviaaaaa, lo bikin malu aja tau”
Sivia tertawa melihat raut wajah Ify yang masih memerah.
“Lo nggak cerita kalau lo lagi pedekate sama kak Alvin. Jahat banget sih lo?”
“Siapa juga yang pedekate” kata Ify keki.
“Jadi kalian udah jadian ?” tanya Sivia syok. Ify menatap Sivia jengah lalu melangkah ke dalam kelas meninggalkan Sivia.

^^^^^^^^^

Hari ini, tepat dihari minggu, sekolah Ify mengadakan sebuah acara yang Ify kurang mengerti. Ia hanya tau dari Alvin dan Sivia kemaren, untuk lebih jelasnya ia malas bertanya. Ia juga datang karena permintaan Alvin, kalau tidak, mana mau ia repot-repot datang ke kesekolah dihari minggu. Serius deh, lebih baik selimutan diatas kasur sampai siang.
Ify melangkahkan kakinya memasuki area sekolah yang telah didekor sedemikian rupa. Ify sampai takjub melihatnya, walaupun sedikit sebal karena lapangan basket menjadi tempat utama acara tersebut. Suasananya juga sangat ramai, Ify bahkan yakin semua anak sekolahnya datang semua. Mungkin yang tidak terlalu minat disini adalah Ify sendiri.
Ify menghela nafas, masih terus melangkah sampai pandangannya berhenti pada sosok Rio yang sedang bersama Shilla. Tanpa sadar langkah Ify berhenti, lagi-lagi ia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan di hatinya melihat kedekatan Rio dan Shilla. Ia bahkan melihat Rio sebagai orang asing yang sangat sulit ia gapai sekarang, mungkin terdengar lebay tapi Ify sendiri merasakan seperti itu. sekarang ia dan Rio tidak bisa seperti dulu lagi, Ify juga tak mengerti disini yang menjauh dia atau Rio?
“Ify…”
Ify tersadar ketika seseorang menepuk bahunya.
“Kak Alvin?”
“Haii..” sapa Alvin tersenyum.
Ify balas tersenyum, melihat senyum Alvin yang sangat ramah perasaannya lumayan membaik.
“Harusnya kita bisa kompakan” kata Alvin nampak kecewa.
“Apa?” tanya Ify bingung.
“Warna baju kita kontras banget”
Ify memandang baju yang dikenakan Alvin lalu beralih pada baju yang ia kenakan. Detik selanjutnya Ify tertawa.
“Kak Alvin lebay banget sih, norak tau”
Alvin terkekeh “Bener juga sih kalau dipikir-pikir” kata Alvin “Ayo !!” Alvin lantas menarik Ify mendekati beberapa stand yang berjejer dibeberapa tempat yang tak jauh dari mereka.

^^^^^^^^^

“Rio kok kamu nggak make’ baju yang aku beli buat kamu kemaren sih?” tanya Shilla sambil merengut.
Rio menggaruk kepalanya “Sori Shill, gue lupa”
“Kamu tuh lupa terus, ini tuh penting tau nggak buat aku. Apalagi ntar mau uji soulmate gitu”
Rio menghela nafas “Baju kan nggak ngaruh juga Shill”
“Kata siapa? Kalau baju kita sama’an orang tuh bakal mikir, ih mereka kompak banget ya, duh mereka romantis ya. Gitu”
Rio menggenggam kedua tangan Shilla, bermaksud menenangkan.
“Shilla” kata Rio lembut “Yang penting kita kenyang, udah itu aja”
Shilla melongo lantas memukul bahu Rio gemas.
“Ih, Rio apa’an sih? Nggak nyambung banget” kata Shilla tertawa kecil selanjutnya ia kembali merengut ketika ingat harusnya ia terlihat kesal. Sementara Rio malah tertawa melihatnya.

^^^^^^^^^^^

Ify yang merasa haus segera melangkah kearah stand yang menjual minuman setelah berpamitan pada Alvin. Selesai membayar, Ify berbalik hendak melangkah. Namun yang ada Ify malah terkejut ketika Rio tau-tau berdiri didepannya.
“Ify?” Rio nampak sama terkejutnya dengan Ify.
“Haii..” sapa Ify sambil mengacungkan minumnya “Abis beli ini”
“Lo dateng sama siapa?”
“Kak Alvin” jawab Ify.
Kedua alis Rio terangkat “Lo nggak cerita kalau lo deket sama dia”
“Gue nggak deket, kita Cuma---“
“Nggak deket tapi dateng bareng” Rio mendengus lalu memesan minuman melewati Ify. Ify menatap Rio sebal, lalu hendak melangkah sampai tangan Rio mencegahnya.
“Sekarang lo juga mau ninggalin gue tanpa permisi?” tanya Rio tak percaya.
Ify segera melepaskan tangan Rio “Gue permisi !!” kata Ify kembali ingin melangkah namun lagi-lagi tangan Rio meraih tangannya.
“Bayar minum gue dulu !!” kata Rio membuat Ify melotot, apalagi sekarang Rio malah melangkah dengan santainya meninggalkan dirinya. Ify menggerutu dalam hati, kenapa dia bisa suka sama orang menyebalkan seperti Rio sih?

^^^^^^^^^^^

“Hallo semuaa…” sapa pembawa acara yang langsung mendapat sambutan heboh dari semua anak-anak.
“Oke, gimana kabar hati nih? Sehat?”
Semua orang melontarkan respon masing-masing membuat pembawa acara itu tertawa.
“Yang pasti harus sehat dong ya, apalagi buat yang bakal ikutan acara uji soulmate bareng kita. Hadiahnya keren lagi, selain dinobatkan sebagai raja dan ratu soulmate, pemenang juga bakal dapet hadiah uang tunai sama dinner romantis dari kita. Gimana tuh? Seru nggak ?”
“Seruuuuu bangettt….”
“Iya seru kalau ada hadiah mah” sahut pembawa acara itu lalu terkekeh.
“Sebelumnya gue mau ngajak kenalan dulu, terkhusus para cewek. Mungkin aja ntar ada yang nyangkut…” semua orang khususnya para cewek berseru heboh mendengarnya, terlebih pembawa acara ini terbilang ganteng.
“Nyangkut dipohon maksudnya hahahaha”
“Huuuuuuu” kali ini semua anak cowok yang pada heboh, lebih tepatnya neriakin anak cewek yang pada kegeeran.
“Oke, oke slow. Nama gue Andre. Oke kita langsung ke acaranya..”
“Huuuuuuuuuuu..” kali ini kebanyakan para cewek yang bersorak heboh.
“Kok nama doang? Masa’ Cuma gitu perkenalannnya ya ampun”
“Status, status?”
Andre tertawa lalu berusaha menenangkan “Perkenalan lanjutnya ntar tulis aja nomor hape kalian dikertas gitu”
“Kasih kesiapa?” sahut salah satu anak perempuan paling depan.
“Kasihan deh lo, gue kan cuma suruh nulis doang” sahut Andre tertawa.
“Astagaaa, bubar aja yuk bubar”
Para cewek yang jomblo+ngarep memasang wajah sebalnya. Malah dari mereka langsung pada diem, mending nunggu sampai lumutan deh daripada ngarepin orang kayak gini.
“Oke, kali ini serius. Kita langsung aja ke acaranya” Andre menerima sebuah toples kaca dari salah satu temannya diatas panggung.
“Disini ada beberapa nama pasangan yang udah daftar sama kita, tapi kita nggak bakal nguji semuanya. Kita bakal pilih secara acak dari beberapa nama ini, dan yang kita panggil Cuma sekitar 7 orang. Kenapa 7? Ya karena nggak 8. Oke siip langsung aja pasangan pertama..”
Andre mengambil salah satu kertas dari dalam tolpes tersebut, lalu membukanya.
“Pasangan pertama Rio dan Shilla” seru Andre “Beri applause buat mereka”
Semua orang berseru heboh melihat Rio dan Shilla yang naik keatas panggung. Sementara Ify nampak bersikap biasa.
“Itu Rio yang sahabat lo itu kan?” tanya Alvin. Ify menatapnya sebentar lalu mengangguk.
“Gimana kabarnya bro?” sahut Andre sok akrab pada Rio yang sekarang berada didepannya.
Rio terkekeh “Baik, baik” katanya sambil menyambut tos Andre. Entah apa maksudnya.
“Lo sendiri apa kabar beb?” tanya Andre pada Shilla yang menatapnya bingung.
“Huuuuuuuu..” seru beberapa cewek yang sekarang makin sebal melihat Andre.
Andre terkekeh “Gimana mereka cocok nggak?”
“Nggak..”
“Cocok”
“Wah, wah. Kok gue banyakan denger kata nggak ya? Kalau gue sama ceweknya gimana?”
“Huuuuuuuuu..”
“Nggak banget..”
“Cocok jadi pembantunya” salah satu cewek didepan panggung berseru.
“Pembantu hatinya boleh-boleh aja sih”
“Aelah” sahut yang lainnya.
“Oke langsung aja, kalian duduk disini” Andre menunjuk dua kursi yang saling berhadapan. Rio dan Shilla duduk disana. Sebenarnya Rio malas juga, kalau bukan permintaan Shilla ia jelas akan memilih tidur sampai siang hari ini.
Sementara Shilla nampak tak sabaran, ia terus menatap Rio yang malah menatap kearah kerumunan anak-anak lain. Sampai pandangannya berhenti pada Ify yang juga menatapnya.
“Oke, kita bakal tanya-tanya sama kalian nih. Sampai sejauh apa sih kalian ngenal satu sama lain”
“Rio..” sahut Shilla ketika Rio nampak tak memperhatikan.
“Hah?” tanya Rio bingung namun langsung mengerti melihat raut wajah Shilla yang cemberut.
“Udah berapa lama kalian jadian?”
“3 minggu”
“eh? Ya 3 minggu” jawab Rio telat.
“Kayaknya ada yang ragu nih” sahut Andre “pertanyaan harus dijawab berbarengan oke?”
Rio menghela nafas lalu mengangguk, berusaha menenangkan Shilla dengan senyumnya namun Shilla masih saja cemberut. Rio sampai tak habis pikir.
“Tanggal jadian kalian?”
“22 maret” jawab Shilla semangat dan dia hanya menjawab sendirian, Rio nampak kebingungan.
“Nah, iya itu..”
Shilla menatap Rio dengan kesal.
“Wah, wah kenapa ini?” kata Andre lalu melanjutkan.
“Sekarang coba sebutin apa yang emm Rio suka !!”
“Basket”
“Basket”
“Oke, kali ini kompak. Kalian dapet satu point !!”
Shilla langsung bersorak girang.
“Selanjutnya sebutin yang Shilla suka !!”
“Shopping”
“Makan?”
“Rioooo..” seru Shilla kesal mendengar jawab Rio.
Semua orang malah tertawa sekarang.
“Ini bener kalian pasangan?” tanya Andre ragu.
Tak ada yang menjawab, Rio sibuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal sementara Shilla sibuk menatap Rio dengan tatapan kesalnya.
Andre menghela nafas “Oke, pertanyaan selesai !!” kata Andre tak ingin panggung ini jadi ajang pertengkaran.
Shilla langsung turun dari panggung tanpa menunggu Rio.
Ify mengamati Rio yang sekarang sibuk membujuk Shilla setelah turun dari panggung. Ify mendengus geli melihatnya.
“Mereka nggak kompak banget” komentar Alvin membuat Ify menatapnya lalu mengangguk setuju.
“Rio tuh nggak suka ikut ginian” kata Ify masih nampak geli.
“Terus kenapa dia ikut?” tanya Alvin.
“Karena Shilla” jawab Ify, raut wajahnya berubah datar “Dia kan suka sama Shilla”
“Jadi dia terpaksa?”
Ify terkekeh pelan “Iya. Biasanya kalau hari minggu gini Rio masih molor dikasur. Mana bangunnya susah lagi. Sering banget kena omel mamanya. Terus ya, dia tuh suka banget dan juga jago banget main basket, kak Alvin pasti tau juga kan? Tapi nggak tau kenapa pas di ajarin sama dia gue susah banget buat bisanya, mungkin dia nggak bakat ngajarin orang atau mungkin guenya yang susah nangkep” Ify geleng-geleng kepala lalu melanjutkan “Rio itu orangnya juga jail banget, terus dia. . .”
Ify tau-tau berhenti ketika sadar apa yang baru saja dia ceritakan.
Alvin tersenyum simpul “Lo kenal Rio banget ya”
Ify tau itu pernyataan jadi ia hanya tersenyum tipis menanggapi Alvin. Bodoh!! kenapa dia sampai bersemangat seperti tadi ketika menceritakan hal tentang Rio?
“Alvin dan Ify”
“Hah?” kata Ify terkejut, membuyarkan lamunannya.
“Giliran kita” sahut Alvin yang sudah berdiri.
Ify menghela nafas lalu ikut berdiri. Alvin meraih tangan Ify lalu menariknya kearah panggung. Alvin yang merasakan tangan Ify berkeringat dan dingin makin mempererat genggamannya.
Sementara Rio yang sudah berhasil membujuk Shilla nampak terkejut ketika mendengar nama Ify dipanggil. Rio menatap Alvin dan Ify yang naik keatas panggung dengan tatapan tak percaya.
“Wah, ini kayaknya benar-benar pasangan yang romantis” kata Andre ketika Alvin dan Ify sudah diatas panggung.
Alvin tersenyum, begitu juga dengan Ify. Keduanya lalu duduk dikursi yang telah disediakan.
“Ify sama kak Alvin pacaran ya?” tanya Shilla membuat Rio menatapnya.
“Nggak mungkin” sahut Rio cepat.
Shilla mengerutkan dahi “Terus kenapa mereka ikut ginian kalau nggak pacaran coba?”
Rio kembali menatap panggung lalu mendengus. Ia masih belum percaya kalau Ify dan Alvin sampai pacaran. Kalau pun iya, Ify pasti cerita padanya.
Rio terus mengawasi Ify dan Alvin yang sibuk menjawab pertanyaan dari Andre. Rio kemudian tertawa ketika Alvin salah menyebut apa yang menjadi kesukaan Ify.
“Sejak kapan Ify suka basket?” kata Rio tertawa lagi membuat Shilla menatapnya.
“Jadi Ify suka apa?”
“Ify suka baca novel, setiap hari pasti dia sempat-sempatin buat baca novel. Tu anak emang nggak bisa lepas dari yang namanya novel, sampai-sampai dia pengen buat semacam perpustakaan gitu khusus novel, kalau bisa dia juga pengen jadi penulis. Cita-cita dia banget. Dan Ify juga suka banget naik ayunan tapi sekarang dia lebih sering terlihat sama novelnya”
Raut wajah Shilla berubah keruh ketika Rio bercerita dengan semangat. Rio yang tak menyadari melanjutkan ceritanya.
“Ify emang sering latihan basket, tapi bukan berarti dia suka. Dia cuma nggak mau gue ledekin terus karena nggak bisa main basket” Rio terkekeh “Tapi sesering apapun gue ngajarin dia, hasilnya tentu aja nggak memuaskan, bakal susah buat ngajarin orang yang hatinya nggak disana. Anggap aja kayak lo disuruh suka sama orang yang nggak lo suka, susah kan?”
“Kamu tau banyak ya tentang Ify” kata Shilla dengan nada menyindir.
“Iya, gue juga nggak tau kenapa. Mungkin karena kami udah lama banget kenal, dia sahabat terbaik gue” Rio tersenyum membuat perasaan Shilla seolah tertusuk. Shilla bahkan tidak pernah melihat Rio tersenyum seperti itu untuknya.

^^^^^^^^^^

Rio menatap Ify yang berdiri disamping Alvin dengan mahkota dikepala mereka masing-masing. Keduanya dinobatkan menjadi pasangan tersoulmate. Sorak-sorai anak-anak yang lain seolah tak mengusik Rio, ia bahkan tak sadar kalau sekarang Shilla malah tak membuka mulut sama sekali, padahal biasanya Shilla akan ngomel sana-sini karena tak mendapatkan keinginannya.
Rio masih tak habis pikir dengan Ify, kenapa anak perempuan itu tak menceritakan apapun tentang dia dan Alvin.
“Shill” Rio menoleh pada Shilla ketika Ify baru saja turun dari panggung.
Shilla tak menjawab, ia hanya menatap Rio menunggunya berbicara.
“Lo tunggu disini dulu, gue mau ketemu Ify sebentar. Ada yang mau gue omongin”
Rio baru saja akan melangkah sampai cengkraman tangan Shilla menghentikannya.
“Ngomongin apa sih? Penting banget ya?”
Rio tersenyum, tangannya menepuk-nepuk tangan Shilla.
“Sebentar !!” kata Rio lalu segera melangkah meninggalkan Shilla yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

^^^^^^^^^^^^


Ify yang sedang berada dilapangan basket indoor tersenyum senang ketika bola basket ditangannya baru saja melewati ring dengan mulus. Ify kembali memungut bola basket dibawah ring lalu menoleh ketika merasakan seseorang mendekat.
“Rio?” kata Ify kaget.
“Permainan lo makin oke gue liat” komentar Rio setelah berdiri didepan Ify. Ia kemudian mengambil bola dari tangan Ify.
Ify mengangguk “Itu karena gue udah mulai serius latihannya”
Rio menghela nafas lalu tersenyum menyesal “Sorry Fy, gue udah jarang ngajarin lo main basket”
“Gapapa, udah ada kak Alvin kok”
Entah kenapa Ify merasakan perubahan raut wajah Rio ketika ia menyebut nama Alvin, namun Ify buru-buru menepisnya.
“Lo suka sama Alvin ya?” tanya Rio membuat Ify nampak terkejut.
“Lo nggak pernah cerita apapun lagi sama gue, kenapa?”
Ify terdiam, ia benar-benar bingung harus menjawab apa terlebih nada suara Rio yang nampak kesal sekarang.
“Apa gue udah bukan sahabat lo lagi?”
Ify masih menatap Rio dengan tatapan tak percaya lalu buru-buru mengalihkan pandangan pada bola basket yang sekarang ditangan Rio.
“Lo diam berarti iya” kata Rio lagi membuat Ify menatapnya.
“Gue tau gue salah, gue udah jarang ngajarin lo basket. Tapi, kayaknya nggak adil kalau gara-gara itu lo ngejauhin gue. Dan sekarang lucunya lo malah deket sama Alvin heh”
Ify kembali mengalihkan pandangan, berusaha sekuat hati agar tidak menangis. Setidaknya sekarang.
“Lo beneran mau mutusin persahabatan kita hah?” bentak Rio ketika Ify tak kunjung menjawab. Ify masih berusaha agar ia tidak menangis, baru kali ini ia dibentak Rio seperti ini.
“Rio, lo pergi aja. Gue mau lanjutin main” kata Ify berniat mengambil bola basket ditangan Rio.
“Persetan sama basket !!!”
Rio melempar bola basket ditangannya dengan sentakan keras sampai menimbulkan bunyi mengerikan pada papan ring. Ify menatapnya tak percaya.
“Harusnya lo bilang sama gue kalau lo suka sama dia. Harusnya!!” Rio mendengus “Tapi sekarang gue udah nggak peduli”
Rio kemudian berbalik dan berderap meninggalkan Ify yang bergeming ditempatnya.
Ify terus menatap punggung Rio sampai menghilang diambang pintu, selanjutnya air mata Ify mengalir tanpa bisa dicegah.

^^^^^^^^^^^

“Lo gapapa kan?” tanya Shilla untuk kesekian kalinya ketika lagi-lagi Rio terlihat melamun didepannya.
Rio menatap Shilla sebentar lalu menghela nafas.
“Kita pulang aja Shill !!”
Shilla menatap Rio lama lalu akhirnya mengangguk. Shilla bukannya tak menyadari perubahan Rio semenjak ia balik dari menemui Ify, tapi Shilla mencoba untuk tak peduli. Tapi sekarang rasanya itu sangat sulit. Shilla bahkan tak mengerti apa yang terjadi, tapi entah kenapa ia sangat khawatir sekarang.

^^^^^^^^^^^^

“Kak Alvin duluan aja !!” kata Ify ketika Alvin menawarkan untuk mengantarnya pulang.
“Tapi---“
“Gue udah telpon supir kak!!”
“Lo ikut gue aja, kayaknya mau ujan” bujuk Alvin sambil melirik langit yang mulai mendung.
“Naik motor juga bakalan ujan deh kayaknya” kata Ify lalu nyengir “Kak Alvin duluan aja, ntar kehujanan loh”
“Gue bisa ngebut” Alvin masih nampak berusaha.
“Gue ngeri kak!!” kata Ify bergidik “Makasih, tapi kak Alvin duluan aja”
Alvin menghela nafas lalu menyerah untuk membujuk Ify. Ia kemudian memakai helm, melirik Ify sebentar lalu melajukan motornya.
Ify menatap jalanan didepannya dengan pandangan kosong, ingatannya berputar kembali saat Rio menemuinya di lapangan basket indoor tadi. Ify menghela nafas berat lalu mendongak menatap langit yang makin menggelap. Perlahan, sedikit demi sedikit seolah mengetahui perasaan Ify langit mulai menumpahkan butiran air kebumi. Ify memejamkan matanya, membiarkan dirinya sendiri basah oleh tetesan air hujan yang semakin lama semakin deras.
Perlahan air mata Ify kembali mengalir, bayangan tentang Rio seolah memaksa masuk kedalam otaknya. Selanjutnya Ify terisak disusul oleh tubuhnya yang sudah merosot ke tanah. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi, Ify benci pada dirinya yang pura-pura kuat padahaln nyatanya ia sangat rapuh seperti ini.
Selama beberapa saat Ify terus terisak, sampai sebuah tangan tau-tau mencengkram kedua bahunya. Ify refleks membuka mata, terkejut melihat Alvin yang sedang berlutut didepannya, cowok itu menatap Ify nanar membuat air mata Ify semakin deras mengalir.


^^^^^^^^^^^


Rio melangkahkan kakinya tak semangat menuju kelas Shilla, memikirkan akan bertemu Ify itu membuat Rio sedikit gengsi. Sebenarnya Rio sangat menyesali keputusannya karena sudah membentak Ify kemarin, Rio juga bingung kenapa ia sampai membentak Ify seperti itu. ia Cuma kesal karena Ify seolah menjauh darinya, ia kesal karena Ify datang bersama Alvin, ia kesal karena. . . Rio menggeleng cepat, kepalanya tiba-tiba pusing dengan semua pemikiran yang tidak masuk akal itu.
Saat berada diambang pintu kelas, Rio langsung bisa melihat Shilla yang sekarang sedang mengobrol dengan beberapa anak laki-laki lain. Suatu hal yang tak asing lagi untuk Rio lihat. Selanjutnya seolah tak peduli Rio melirik bangku Ify yang kosong. Rio juga berusaha tak peduli sampai pandangan berhenti pada Sivia yang baru saja akan keluar kelas.
“Nggak bareng Ify?” tanya Rio membuatnya bingung sendiri. Harusnya ia tidak bertanya tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengetahui dimana Ify sekarang, apa jangan-jangan ia bersama Alvin?
“Ify nggak masuk, lo nggak tau?” Sivia menatap Rio tak percaya.
“Nggak masuk?” Rio nampak terkejut “Kenapa?”
“Pindah”
“HAH?”
Sivia menutup telinganya lalu menatap Rio tajam. Semua anak yang masih berada dikelas kini malah memusatkan perhatian pada mereka, termasuk Shilla.
“Lo beneran nggak tau? Sahabat macam apa sih lo?” Sivia berdecak lalu melangkah namun Rio dengan cepat menghadangnya.
“Tolong jelasin lagi !! apa maksud lo dengan Ify pindah?”
Sivia memutar bola mata “Lo tuh—“ Sivia tak meneruskan ketika ia ingat sesuatu “Kalian tuh ya sama aja, sama-sama nggak peka. Ngakunya doang sahabat ckck”
Rio mengerutkan dahinya “Maksud lo apa sih?”
“Ify sakit”
“Hah?” Rio benar-benar merasa pusing mendengar penjelasan Sivia.
“Udah ah gue laper, cari tau sendiri sono !!” kata Sivia kesal lalu melangkah meninggalkan Rio yang menatapnya tak percaya.
“Harusnya gue yang kesal disini” gerutu Rio kemudian berbalik. Diambang pintu Shilla sedang menatapnya lalu tersenyum samar.


^^^^^^^^^^^^


Rio buru-buru menjejalkan buku-buku kedalam tas ketika bel pulang berbunyi. Setelah mendapat informasi dari mama Ify kalau Ify ternyata sakit, Rio jadi sulit berkonsentrasi selama pelajaran terakhir.
Rio menyambar tasnya lalu berderap kearah pintu kelas, namun langkah Rio mendadak berhenti melihat Shilla yang sekarang berdiri didepannya.
“Rio, anterin aku belanja ya. Sekalian ntar mau ke acara di mall gitu, aku mau ikut kontes model nih” kata Shilla sambil tersenyum.
“Hari ini gue nggak bisa, gue mau jenguk Ify. Dia sakit, besok aja ya!!”
Senyum diwajah Shilla pudar “Besok nggak bisa, hari ini hari terakhir. Gue baru dapet info soalnya”
Rio menghela nafas lalu berjalan menyusuri koridor diikuti Shilla.
“Lo bisa ikut acara selanjutnya”
“Kapan?” sahut Shilla mulai kesal “Lagian lo bisa jenguk Ify setelah nemenin gue”
“Nggak bisa Shill, perasaan gue nggak enak”
Shilla berhenti lalu menahan lengan Rio “Perasaan lo nggak enak?”
Rio menghela nafas, diraihnya kedua bahu Shilla “Tu anak paling susah kalau minum obat. Biasanya diancem dulu baru mau”
Shilla melepaskan tangan Rio “Mamanya nggak bisa? Atau siapa gitu yang jagain dia?”
“Tante nggak bakal tega ngancem Ify”
“Bentar aja deh Yo, soalnya acara ini penting banget buat aku” Shilla menatap Rio dengan tatapan memohon.
Rio menghela nafas lagi “Shill, lo tau Ify juga---“
“Penting?” potong Shilla lalu mendengus “Kalau Ify penting jadi aku apa? aku pacar kamu Yo”
“Dia sahabat gue” gumam Rio “Gue harap lo ngerti !!”
Shilla menatap Rio tak percaya “Oke, kalau gitu gue pergi sendiri. Setelah ini jangan harap bisa ngomong sama gue lagi” sahut Shilla berniat melangkah.
Rio segera menahan lengan Shilla lalu menatapnya frustasi.
“Gue mohon lo ngerti Shill”
“Gue nggak bisa Yo” kata Shilla menunduk, perasaannya benar-benar hancur melihat raut wajah Rio yang begitu memohon padanya demi perempuan lain.
“Shill. . .”
Shilla kembali menatap Rio “Lo cuma punya dua pilihan, gue atau Ify?”
Rio menatap Shilla tak percaya, ia tak pernah menyangka akan disuruh memilih seperti ini. Ia mencintai Shilla tapi ia juga tak ingin Ify kenapa-napa, ia mengkhawatirkan anak perempuan itu.  Ify sahabatnya, sahabat yang selalu ada untuknya. Tiba-tiba Rio tersentak, Ify selalu ada untuknya tapi apa ia selalu ada untuk Ify? Bahkan anak perempuan itu tak pernah mengeluhkan sesuatu padanya, tak pernah setelah akhir-akhir ini, setelah ia dekat dengan Shilla. Apa itu alasan Ify menjauh?
Perlahan Rio melepaskan genggamannya membuat kedua mata Shilla melebar. Rio menatap Shilla sesaat lalu melangkah pergi.
“Rio, lo pilih Ify?” seru Shilla tak percaya.
Rio berhenti lalu berbalik “Gue nggak mau milih, kalian bukannya barang. Tapi setidaknya hari ini gue mau nebus kesalahan gue sama Ify, dia sahabat gue. Dan gue sangat menyesal ngeliat lo bisa seegois ini”
“Gue egois?” sahut Shilla dengan air matanya yang mulai mengalir “Terus lo apa? Beberapa hari ini lo sering ngelamun pas jalan sama gue, bahkan beberapa kali lo sering salah sebut nama. Sejak kapan nama gue jadi Ify?” seru Shilla membuat Rio terdiam.
“Gue bisa ngerti kalau diantara kalian cuma ada ikatan persahabatan. Tapi yang gue liat lebih dari itu, ada sesuatu yang gue nggak ngerti dalam hubungan kalian”
Shilla terisak ketika mengatakannya, Rio yang melihatnya kemudian mendekat.
 Tangannya terangkat untuk mengelus kepala Shilla berusaha menenangkan.
“Shill, maafin gue. Gue cuma khawatir sama Ify, lo tau kan?”
Shilla melepaskan tangan Rio lalu menggeleng.
“Lo udah milih Yo. Udah sana pergi, lo nggak mau Ify kenapa-napa kan?”
Rio menghela nafas untuk kesekian kalinya. Digenggamnya kedua tangan Shilla.
“Kita bisa jenguk Ify sama-sama”
“Nggak Yo, gue nggak bisa. Gue juga harus pergi, titip salam aja buat Ify” kata Shilla lalu melangkah setelah melepaskan tangan Rio.
“Shill. . .” Rio benar-benar bingung sekarang, ia tak ingin Shilla pergi tapi ia juga tak mau mencegah Shilla untuk pergi.
Shilla berhenti, mengelap air matanya lalu berbalik menatap Rio.
“Gue cuma mau mastiin aja” kata Shilla membuat Rio menatapnya bingung “Selama ini gue sengaja deket sama anak-anak cowok, gue pengen liat reaksi lo. Tapi, lo nggak nanyain hal itu. Lo bahkan nggak pernah terlihat cemburu saat gue deket sama cowok lain” kata Shilla tersenyum miris.
“Gue…gue cuma nggak mau ngebatesin lo buat temenan sama siapapun”
“Artinya lo nggak cemburu”
Shilla jadi ingat bagaimana pandangan Rio ketika melihat Ify dan Alvin diatas panggung kemarin. Tatapan seseorang yang sedang cemburu. Rasanya Shilla ingin kembali menangis tapi ia berusaha mencegahnya.
“Lo bisa kejar Ify sekarang. . .”
“Maksud lo?”
“Kita putus”
Rio menatap Shilla tak percaya.
“Shill, lo bercanda kan?”
“Maaf, karena selama ini gue udah jadi penghalang buat kalian, gue harap lo bisa bahagiain Ify” Shilla berusaha untuk tersenyum, setidaknya ia akan berusaha untuk membuat orang-orang yang ia sayangi bisa tersenyum lagi. Walaupun bukan tersenyum karenanya tapi setidaknya itu akan lebih baik daripada orang itu menangis karenanya. Shilla akan belajar untuk itu.
Sementara Rio bergeming ditempatnya, tak bisa berkata apa-apa lagi sampai Shilla hilang dari pandangannya.


^^^^^^^^^^


Rio setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit, hampir saja ia menabrak suster yang lewat. Sesampainya didepan ruangan tempat Ify dirawat, Rio langsung membuka pintu tanpa mengintip kedalam terlebih dahulu. Dan pemandangan didepannya membuat Rio menyesal telah masuk.
Alvin nampak sedang menyuapi Ify sesuatu seperti bubur.
Alvin langsung menurunkan sendok ditangannya ketika melihat Rio sementara Ify masih nampak kaget.
“Gue. . .” Rio baru saja akan mengatakan kalau dia akan keluar sampai pikiran melayang pada kedekatan Alvin dan Ify yang akan terjadi selanjutnya kalau ia keluar.
“Bisa lo keluar sebentar?” tanya Rio pada Alvin.
Alvin melirik Ify yang balas meliriknya, sementara Rio menatap pemandangan itu jengkel. Akhirnya Alvin bangkit lalu berjalan keluar melewati Rio.
Rio kemudian melangkah mendekati Ify setelah memastikan kalau Alvin benar-benar pergi.
Ify menatap Rio yang sekarang berdiri disamping ranjangnya, menunggu kata-kata apa yang akan Rio ucapkan. Rio sendiri nampak berpikir, entah kenapa ia merasa sangat gugup melihat tatapan Ify padanya. Bodoh !! Rio baru saja akan mengucapkan kata maaf sampai pandangannya jatuh pada mangkuk bubur yang menjadi perantara bagi Alvin mencari kesempatan dalam kesempitan pada Ify, pikir Rio.
“Buburnya enak?” tanya Rio membuat Ify menatapnya dengan mulut sedikit terbuka, sementara Rio merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Bodoh !!

^^^^^^^^^

“Kak Alvin belum mau pulang?” tanya Ify pada Alvin yang sedang menatap kelayar televisi. Alvin melirik Ify sebentar lalu mematikan TV. Selanjutnya ia menarik kursi agar lebih dekat dengan Ify.
“Kak Alvin harus pulang, udah mau malem nih” kata Ify lagi.
“Gue pulang” kata Alvin lalu berdehem “Tapi lo harus jawab dulu pertanyaan gue”
Ify menelengkan kepala “Apa?”
“Tapi ada aturannya, lo harus jawab semua pertanyaan gue dengan kata YA!!”
Ify melongo “Itu---“
“Setuju?”
Ify nampak berpikir lalu akhirnya mengangguk.
“Emm, lo udah baikan?”
“Ya”
“Lo mau cepet-cepet pulang kerumah?”
“Ya”
“Lo mau cepet ke sekolah buat ketemu sahabat lo?”
“Ya”
“Ketemu Sivia?”
“Ya”
“Ketemu Rio?”
Ify terdiam sesaat lalu akhirnya mengangguk “Ya”
“Lo sama Rio cuma sahabatan?”
“Ya” kata Ify lagi sambil terus memikirkan kata ‘Cuma’ yang diucapkan Alvin.
“Dan lo sama gue apa bisa lebih dari itu, maksudnya lebih dari sahabat?”
“Ya” kata Ify nampak tak sadar, detik selanjutnya “HAH?”
Alvin terbahak melihat raut wajah Ify membuat Ify segera menekuk mukanya.
“Itu nggak lucu”
Alvin berusaha menghentikan tawanya lalu kembali menatap Ify.
“Lo berharapnya itu beneran heh?” goda Alvin membuat Ify menatapnya tak percaya. Wajahnya memerah sekarang.
Alvin berusaha mengendalikan diri untuk tak tertawa lagi, diraihnya satu tangan Ify lalu digenggamnya erat. Ify menatap tangannya lalu beralih pada Alvin yang sudah menatapnya duluan.
“Ify, gue serius. Gue serius pengen kita lebih dari sahabat” kata Alvin.
Ify menatap Alvin dengan mata berkaca-kaca, cukup terkejut dengan pengakuan Alvin, ia bahkan sampai tak tau harus bicara apa sekarang. Ini benar-benar diluar dugaannya.
“Apa lo mau memulainya sama gue?” tanya Alvin.
Ify menyunggingkan senyum sementara Alvin nampak menunggu jawaban dari Ify dengan jantung yang berdegup kencang.

^^^^^^^^^^^^


“Heii, ayo ikut gue !!”
Ify tersentak ketika Rio menarik tangannya. Ify bahkan tidak sadar kalau sekarang ia sudah ada diatas motor Rio. Barulah ketika Rio berhenti di sebuah tempat Ify tersadar.
“Rio !! ngapain kesini sih? Lo tau gue baru aja pulang dari rumah sakit, lagian lo kayak nyulik gue aja tau nggak” omel Ify membuat Rio tertawa. Sudah lama sekali ia tidak mendengar omelan Ify, entah kenapa ia sangat merindukan sahabatnya ini. Padahal sekarang jelas-jelas Ify ada didepannya.
“Udah, bawel lo ah !!” Rio lantas menarik tangan Ify sampai pada sebuah danau. Ify menatap tempat itu takjub, ini memang bukan pertama kalinya Ify kesini tapi itu sudah lama sekali, terakhir kali ia kesini waktu kelas 2 SMP bersama Rio. Dan keadaan danau ini jauh lebih indah dari yang Ify ingat.
“Rio ini---“ kata Ify masih takjub.
“Mau naik?” tanya Rio membuat Ify menatapnya, Ify menekap mulut ketika melihat sebuah ayunan kayu didepan Rio berdiri.
“Rio? Ayunan? Kok bisa?” tanya Ify tak percaya namun kakinya melangkah mendekat. Setaunya dulu ayunan itu putus karena ia terlalu sering bermain ayunan disini bersama Rio tapi sekarang ayunan itu ada lagi.
“Apa sih yang gue nggak bisa” kata Rio sok membuat Ify mendengus geli.
Ify lantas duduk diatas ayunan yang kemudian bergerak karena dorongan Rio.
“Udah lama banget ya Yo” kata Ify tersenyum sambil mengingat masa-masa SMP mereka.
Rio ikut tersenyum “Dan selama itu juga lo nggak pernah ada kemajuan, lo selalu lebay kalau liat ayunan”
Ify mendelik “Yang penting gue seneng”
Mendengarnya Rio tersenyum, menyetujui kata-kata Ify barusan.
Selama beberapa saat keduanya sibuk dalam pikiran masing-masing. Ify yang sedang menikmati hembusan angin diwajahnya diatas ayunan tiba-tiba membuka mata ketika merasakan ayunannya berhenti. Ify lantas melirik Rio yang sekarang beralih didepannya. Rio malah berlutut sambil memegang kedua sisi ayunan yang Ify duduki membuat jantung Ify lagi-lagi berdegup kencang.
“Gue minta maaf Fy” kata Rio sungguh-sungguh.
Ify menatapnya bingung “Kenapa?”
“Karena gue sempat ngebentak lo, gue nggak bisa jadi sahabat yang baik buat lo”
“Rio, kenapa jadi konyol gini sih?” tanya Ify tak habis pikir.
“Gue gitu ya?”
Ify mengangguk, Rio mendesah lalu bangkit. Tangannya terangkat untuk mengacak-acak rambut Ify.
“Yaudahlah nggak jadi, lagian gue juga nggak bisa acting gitu” Rio menguap lalu berbalik, melihatnya Ify melongo lalu turun dari ayunan.
“Lo rese’ banget sih”
Ify balas mengacak rambut Rio, bersiap-siap kalau-kalau Rio akan melakukan pembalasan, namun cowok itu malah tidak bereaksi sama sekali, matanya menatap Ify serius kali ini nampak melunak membuat Ify bingung sekaligus membuat jantungnya berdegup kencang.
“Rambut lo acakan tuh” ucap Ify sambil menunjukkan cengirannya yang terkesan kaku.
“Gimana perasaan lo ?” tanya Rio tiba-tiba mengabaikan ucapan Ify.
Ify mengerutkan dahinya “Maksudnya ?”
“Gimana perasaan lo liat gue sama Shilla?
Deg...
Shilla. . .
Ify terdiam sesaat, Ify hampir saja melupakan Shilla karena terlalu senang seperti ini, bagaimana bisa? Ify menatap Rio dengan jantung yang masih berdegup kencang. Maaf Shilla, batin Ify. Maaf gue egois karena terlalu senang sama Rio kayak gini, maaf.
“Gue seneng lah” jawab Ify sambil mencoba tersenyum. Ia tak mau berterus terang soal perasaannya, ia tak mau Rio membencinya gara-gara perasaan bodohnya. Bukankah seorang sahabat harus saling mendukung satu sama lain ? bukankah sahabat harus ikut senang kalau sahabatnya lagi senang, walaupun itu artinya kita harus mengorbankan sesuatu. Lagi pula, ia juga tak mau Shilla merasa tersakiti.
“Seneng ?” ulang Rio.
Ify mengangguk, walaupun agak bingung dengan pertanyaan yang diajukan Rio.
Rio menghela napas “Lo jangan bohong !!”
Ify benar-benar tak mengerti arah pembicaraan Rio, memangnya apa untungnya dia bertanya seperti itu ?
“Lo tuh kenapa sih Yo ? kalau lo seneng gue juga ikut seneng kok”
“Kalau gue bilang gue nggak seneng gimana ? apa lo juga ikut nggak seneng ?” desak Rio.
Ify terdiam sesaat, berusaha mencerna kata-kata Rio barusan.
“Lo kenapa sih ? lo lagi ada masalah sama Shilla ? omongin baik-baik bisa kan? jangan langs—“
“Lo tinggal ngomong jujur aja” potong Rio.
Ify menatap Rio bingung, lalu membuang muka tak sanggup terus-terusan menatap mata sahabatnya itu.
“Kalau lo nggak mau ngomong yang sejujurnya, biar gue yang ngomong duluan” ucap Rio membuat Ify kembali menatapnya.
“Gue nggak suka liat lo sama Alvin” kata Rio “Bukan cuma dia, gue nggak suka lo deket sama cowok lain selain gue”
“Lo ngomong apa sih Yo ?”
“Gue cemburu” lanjut Rio membuat kedua mata Ify melebar. Rio cemburu ? itu artinya...Ify segera menepis pikiran ngawurnya, Rio udah punya pacar dan pacarnya Shilla, cewek cantik yang juga diperebutkan oleh hampir semua anak laki-laki lain disekolahnya.
“Gue rasa lo juga ngerasain yang sama kayak gue waktu lo liat gue sama Shilla”
Ify mati-matian menahan agar ia tidak menangis, sekelebat pikiran tentang bagaimana dekatnya Rio dan Shilla, Rio yang sekarang kekelasnya bukan lagi untuk menemuinya melainkan menemui Shilla, Rio yang sekarang selalu menomor satukan Shilla membuat dada Ify sesak.
“Sebaiknya kita pulang aja Yo” kata Ify pelan.
“Gue belum denger lo—“
“Gue udah bilang kan kalau gue seneng”
“Fy...”
“Lo maunya apa sih Yo ? lo mau kalau gue ngomong ‘Eh, Rio gue cemburu sama lo, gue kesel sama lo yang sekarang malah nggak pernah ada waktu lagi buat gue, apa lo lupa kalau lo masih punya tugas buat ngajarin gue basket sampai gue bisa ? lo lupa lo masih punya sahabat yang namanya Ify ? gue cemburu sama Shilla yang baru ketemu sama lo tapi udah bisa bikin lo langsung jatuh cinta sama dia. Gue cemburu’ gitu ? lo mau gue bilang gitu ?”
Ify memejamkan matanya, walaupun sudah sekuat apapun ia menahan, tapi air matanya akhirnya menang.
“Apa itu bener ? itu yang lo rasain ?” tanya Rio.
“Iya” Ify berteriak tepat didepan Rio, air matanya semakin deras mengalir “Lo puas sekarang hah ?”
Rio segera menarik Ify kedalam pelukannya, mendekapnya erat seolah tak ingin melepaskannya lagi.
“Maafin gue”
Ify terus menangis sementara Rio hanya bisa membiarkan Ify menangis sampai ia lelah sendiri. Setelah Ify sudah cukup tenang, Rio melepas pelukannya tangannya beralih pada kedua bahu Ify.
“Ify gue---“
“Gue mau pulang Yo!!” kata Ify memotong ucapan Rio “Gue nggak mau kak Alvin khawatir karena gue nggak sempat ngabarin dia”
Rio menatap Ify datar “Emang dia siapa lo? gue kalah penting sama dia?”
Air mata Ify kembali mengalir. Ia jadi semakin bersalah pada Shilla dan Alvin. Ingatan Ify berputar disaat kemarin Alvin menyatakan perasaan padanya.
“Kak Alvin penting buat gue. Kita berdua udah jadian” kata Ify akhirnya tanpa menatap Rio.
Rio merasakan sesuatu yang seperti menghantam hatinya ketika mendengar pengakuan Ify. Rio yang awalnya akan menyatakan perasaannya pada Ify terpaksa mengurungkan niatnya. Hari ini mungkin awal dari hari terburuk yang akan Rio jalani. Apa ini yang Ify rasakan saat dia memulai hubungan baru dengan Shilla?

^^^^^^^^^^^


Ketika engkau datang
Mengapa disaatku tak mungkin
Menggapaimu

Meskipun tlah kau semaikan cinta
Dibalik senyuman indah
Kau jadikan seakan nyata
Seolah kau belahan jiwa

Meskipun tak mungkin lagi
Tuk menjadi pasanganku
Namun ku yakini cinta
Kau kekasih hati

Ify mengakhiri lagunya lalu melirik sebuah novel diatas grand piano yang baru saja ia mainkan. Tangan Ify bergerak mengambil novel tersebut. Ify mendesah, kisah tokoh di novel itu persis sama dengan apa yang Ify alami. Endingnya kedua sahabat itu akhirnya menemukan cintanya masing-masing. Air mata Ify menitik, ia juga harus mengikhlaskan Rio untuk Shilla.
“Ify”
Ify menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ify nampak terkejut mendapati Shilla yang berdiri didepannya sekarang masih menggunakan seragam sekolah. Ify lantas mengedarkan pandangan disekitar ruangan rumahnya, mencari-cari sosok Rio.
“Gue dateng sendiri” kata Shilla seolah bisa menebak pikiran Ify.
Ify menatapnya dengan dahi berkerut, biasanya kan mereka selalu berdua, terus kenapa Shilla sampai datang kerumahnya seperti ini?
“Gue boleh duduk?” tanya Shilla ketika Ify masih nampak kebingungan. Ify mengangguk lalu bangkit dan membawa Shilla ke sofa yang tak jauh dari mereka berdiri.
“Lo masih bingung ya kenapa gue kesini?” tanya Shilla membuat Ify mengangguk.
“Gue cuma mau nyampein beberapa hal sama lo Fy” kata Shilla lalu menghela nafas.
“Lo tau kalau gue sayang banget sama Rio kan?” tanya Shilla. Ify yang agak kaget hanya mengangguk samar.
“Lo juga tau kalau gue bakal lakuin apa aja biar bisa buat dia senyum lagi?”
Kali ini Ify hanya diam tak tau harus menjawab apa karena ia sendiri masih bingung maksud pembicaraan Shilla.
Shilla mendesah “Gue mau minta tolong sama lo bisa?”
Ify mengerutkan dahinya bingung “Minta tolong apa?”
“Gue minta lo jangan jauhin Rio lagi, gue minta lo balikin lagi senyum Rio yang dulu”
Ify semakin bingung dengan maksud Shilla.
“Maksud lo apa Shill? Kenapa gue? Lo---“
“Karena cuma lo yang bisa, gue yakin itu”
“Kalian lagi berantem ya?” tanya Ify hati-hati.
Shilla menggeleng lemah “Kita udah putus Fy, Rio nggak cerita?” tanya Shilla membuat kedua mata Ify melebar “Kemaren, gue yang mutusin dia”
“Kenapa?” tanya Ify masih terkejut. Apa gara-gara ia pergi bersama Rio kemarin? Ify jadi sangat merasa bersalah sekarang.
“Kita udah nggak cocok Fy. Lagian selama ini Rio mungkin nggak sayang sama gue”
“Enggak” kata Ify cepat “Rio, dia sayang sama lo Shill. Gue tau itu”
Shilla tersenyum tipis mendengarnya.
“Gue berharapnya juga gitu, tapi kenyataannya dia sayang sama lo Fy. Apa lo nggak nyadar?”
Ify tersentak mendengar kata-kata Shilla.
“Kita cuma sahabat Shill, lo jangan salah paham”
Shilla menggeleng “Perasaan kalian lebih dari itu. Gue tau itu. lo sayang sama Rio kan Fy? Lo sayang sama dia lebih dari seorang sahabat kan?”
Pertanyaan Shilla membuat Ify tak bisa berkata apa-apa lagi. Sulit sekali untuk jujur disaat seperti ini. Ify tak ingin menyakiti siapapun.
“Ify, lo nggak usah mikirin gimana gue nya. Gue gapapa, walaupun awalnya gue ngerasa sakit tapi sekarang gue Cuma mau liat Rio senyum lagi. Dan gue minta tolong banget sama lo buat ngabulin permintaan gue. Kalian itu nggak seharusnya dipisahin”
Ify merasakan matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Shilla.
Shilla tersenyum lalu meraih tangan Ify dan menggenggamnya erat.
“Harusnya kalian yang dinobatkan jadi pasangan tersoulmate kemarin” kata Shilla tersenyum.
Air mata Ify menitik dengan senyum diwajahnya yang mengembang. Selanjutnya Ify memeluk Shilla erat, tak tau lagi dengan cara apa iya harus berterima kasih.

^^^^^^^^^^^

Rio menatap datar pada Alvin yang berdiri didepan pintu rumahnya.
“Ada apa?” tanya Rio dingin.
“Gue mau ngomong sesuatu, boleh gue masuk?”
Rio menatap Alvin jengkel namun akhirnya mempersilahkannya masuk juga. Sepanjang perjalanan menuju sofa untuk duduk, Rio terus mengamati Alvin. Mencari-cari apa yang membuat Ify menyukai laki-laki itu.
Rio lalu menempatkan diri didepan Alvin.
“Jadi?” tanya Rio tak sabaran.
Alvin menatapnya lama membuat Rio semakin jengkel.
“Ada apa’an sih?”
Alvin menghela nafas lalu mulai berbicara sementara Rio langsung terdiam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Alvin.

^^^^^^^^^^

Rio melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Setelah mendengar semuanya dari Alvin Rio langsung melesat untuk menemui Ify.
Rio baru saja turun dari motornya ketika Ify membuka pintu pagar rumahnya.
Keduanya saling pandang, tak ada yang bicara selama beberapa saat. Masih terkejut dengan apa yang terjadi. Rio akhirnya berjalan mendekat.
“Emm, Fy..” Rio menggaruk belakang kepalanya, entah kenapa dia jadi gugup seperti ini.
“Iya?” tanya Ify yang tak kalah gugupnya dengan Rio.
“Lo mau kemana?” tanya Rio membuat Ify nampak salah tingkah.
“Gue. . .” Ify sendiri bingung mau bicara jujur atau tidak kalau sebenarnya ia baru saja akan ke rumah Rio.
“Lo kenapa bohong heh sama gue? Sejak kapan lo jadian sama Alvin?”
Ify melongo ketika melihat Rio yang tiba-tiba kesal.
“Lo tau darimana?” tanya Ify bingung.
“Enggak penting gue tau darimana, lo kenapa bohongin gue?”
“Gapapa, Gue seneng kok” kata Ify membuat Rio melotot.
“Selama ini lo selalu ngerjain gue, gue selalu percaya sama kebohongan yang lo buat. Dan gue cuma bohong satu kali ini sama lo, tapi reaksi lo berlebihan gini. Itu nggak adil tauk” sahut Ify.
Rio menghela nafas “Tapi kebohongan lo udah kebangetan, itu sama aja lo ngebunuh gue secara perlahan”
Ify langsung menoyor kepala Rio “Lo lebay banget sih Yo”
Rio meringis lalu mengangkat tangannya, Ify baru saja bersiap untuk menghindar karena tau Rio akan membalas namun ia tak cukup cepat. Tapi, bukannya balas menoyor Rio malah menarik kepala Ify lembut dan mendaratkan ciuman di kening anak perempuan itu. Kedua mata Ify melotot tak percaya.
Rio melepaskan ciumannya lalu meraih kedua tangan Ify. Rio tersenyum kecil ketika melihat rona merah dikedua pipi Ify.
“Gue sayang sama lo Fy” kata Rio membuat Ify menatapnya “Bukan cuma sayang sebagai sahabat tapi lebih dari itu. gue nggak tau tepatnya kapan, tapi yang pasti gue nggak mau kita jauh-jauhan kayak kemaren lagi. Dan gue minta maaf kalau selama ini gue nggak ngertiin perasaan lo sama gue”
Ify menggigit bibir, matanya sudah berkaca-kaca.
“Gue juga minta maaf sama lo, harusnya gue nggak egois dan jauhin lo kayak kemaren”
Rio mengangguk lalu mengacak-acak rambut Ify “Jangan pernah lakuin lagi” katanya.
Ify mengangguk sambil tersenyum.
“Emm, kalau kita memulai hubungan baru yang lebih dari sahabat. Apa menurut lo itu aneh Fy?” tanya Rio “Maksud gue, emm kita mungkin harus nyoba sesuatu yang baru kayak emm…”
“Rio, lo ngomong apa sih?” Ify terkekeh sendiri sementara Rio menggaruk tengkuk.
“Kita pacaran, lo bodoh banget sih nggak ngerti maksud gue”
Ify merengut mendengar ucapan Rio. Ia sudah pernah membaca dan menonton pernyataan cinta seorang cowok pada cewek yang disukainya dan Ify yakin rasanya itu deg-deg’an banget tapi yang Ify rasakan sekarang malah sebaliknya. Benar-benar menyebalkan.
“Menurut lo nggak aneh kan?” tanya Rio lagi.
Ify menatapnya sebal lalu mengangkat bahu “Mana gue tau”
Rio lantas merangkul Ify membuat Ify melotot kearahnya.
“Coba yuk !!”
“Hah? Lo pikir apa’an?” tanya Ify tak habis pikir.
“Iya kita coba, tapi peraturannya nggak boleh ada yang berhenti”
Ify menatap Rio tak percaya, perlahan melepaskan rangkulan Rio.
“Lo nggak bisa lebih romantis dikit ya Yo? Di novel-novel yang udah pernah gue baca, cewek yang ditembak sama cowok tuh pasti ngerasain hal yang bikin deg-deg’an atau apa gitu. Tapi ini, yang ada gue malah kesel”
Rio menghela nafas panjang lalu menggenggam erat kedua tangan Ify. Rio menatap kedua bola mata Ify dengan tatapan yang membuat Ify tak bisa berkutik untuk beberapa saat.
“Gue nggak mau cerita kita sama kayak jalan cerita novel yang lo baca, gue mau buat jalan cerita kita sendiri, yang endingnya hanya ada gue, elo dan kebahagiaan kita

Ify tau-tau merasakan panas dikedua pipinya, seulas senyum menghiasi wajahnya yang sekarang bersemu merah. Setelah ini ia tak akan meminta lebih. Apa yang ia dapatkan sekarang sudah sangat cukup membuatnya bahagia, bersama Rio, sahabatnya yang menyebalkan atau bisa dibilang sebagai kekasih hatinya yang menyebalkan sekarang. Ify tersenyum dalam hati, seperti apa kata Rio ia akan membuat jalan ceritanya sendiri, bersama seseorang yang berada didepannya sekarang. Seseorang yang menyebalkan tetapi dapat membuat jantungnya berdegup kencang tanpa peringatan.

Rio kemudian menarik Ify kedalam pelukannya, sementara Ify masih terus tersenyum, kali ini membiarkan air matanya yang mengalir bersama dengan kebahagiaan yang ia dapatkan dari seorang Rio. Berharap semoga selamanya akan tetap seperti ini.


END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar