Suasana ruang kelas X.3 tampak sangat gaduh, meskipun bel
tanda masuk sudah berbunyi. Seolah-olah tak mendengar, sebagian murid masih
belum sepenuhnya duduk rapi dibangku masing-masing. Ada yang berkejar-kejaran
karena salah satunya dengan usil mengambil paksa buku catatan salah satu
temannya, sehingga teriakan kesal dan tawa kemenangan memenuhi ruang kelas. Ada
yang sibuk bergosip tentang kakak-kakak kelas yang keren. Ada yang berdandan,
tapi ada pula yang sibuk dengan buku pelajaran di atas meja yang sesekali
berdecak sambil melihat sekeliling kelas yang bisa dibilang sudah seperti pasar
itu.
Namun tak beberapa lama, ruang kelas yang semula gaduh
langsung menjadi hening ketika melihat bu Nilda yang langsung mendapat predikat
guru killer –setelah sebulan mendapatkan pengajaran di SMA Pelita Jaya-
memasuki ruangan, namun bukannya langsung duduk dibangku masing-masing,
anak-anak kelas X.3 malah menatap lurus seorang anak perempuan yang berdiri
canggung disamping bu Nilda. –Sivia- anak perempuan berpipi chubby yang buku
catatannya sempat diambil oleh Dayat –sang ketua kelas- yang ternyata bandel
itu langsung merebut catatannya, ketika dilihatnya Dayat yang ikut-ikutan
menatap anak perempuan yang kemungkinan besar adalah siswi baru dikelas mereka.
Sivia mendorong Dayat sehingga menyebabkan meja dibelakangnya terdorong dan menimbulkan
bunyi yang cukup nyaring untuk membuat semua orang menoleh kepadanya. Sivia
tersenyum puas kemudian duduk manis dibangkunya setelah catatan Kimianya sudah
berada ditangannya.
“apakah saya perlu menggiring kalian satu persatu agar bisa
duduk dibangku kalian masing-masing??” tanya bu Nilda, kata-kata yang terdengar
tajam itu langsung membuat semua siswa-siswi duduk manis dibangku
masing-masing. Namun tak meluputkan pandangan pada murid baru yang masih
berdiri disamping bu Nilda.
Bu Nilda berdehem (?) kemudian menuju bangkunya yang berada
agak disudut ruangan. Siswi baru itu mengikuti dengan langkah kaku.
“baiklah, sepertinya kalian sudah tau kalau kalian kedatangan
teman baru, melihat pandangan kalian semua” ucap bu Nilda, masih terdengar
tajam. Entah memang nada bicaranya dari lahir begitu atau hanya dibuat agar
tidak ada murid yang berani padanya. Namun, Sion salah satu murid kelas X.3
berpendapat bahwa bu Nilda sudah seperti itu dari lahir, karena ia pernah
mendengar bu Nilda berbicara dengan nada suara yang sama ketika berbicara
dengan guru-guru di kantor.
“baiklah, silahkan perkenalkan dirimu !!”
Anak perempuan yang dari tadi menunduk karena merasa risih
diperhatikan seperti itu atau lebih tepatnya malu akhirnya mendongak. Lalu
menoleh pada bu Nilda yang menunggunya berbicara.
Dengan susah payah akhirnya murid baru itu membuka mulut.
“ha..haiii” sapanya dengan terbata. Yang langsung ia rutuki
kenapa daridulu tidak bisa menghilangkan kebiasaan memalukan ini ketika
berhadapan dengan orang banyak.
“haaaiiiii” penghuni kelas membalas dengan semangatt membuat
murid baru itu tersenyum senang. Mungkin menjadi murid baru tidak seburuk yang
ia pikirkan, buktinya orang-orang yang akan menjadi teman sekelasnya
menyambutnya dengan baik. Walaupun Cuma sebatas sapaan.
“perkenalkan, namaku Zifylia Azzahra”
“anak band dong!!” celetuk salah satu siswa yang duduk dipojok
belakang. Kontak semua murid tertawa membuat siswi baru itu tersenyum simpul,
malu dan jengkel.
“diam semua !! Kiki, ini peringatan pertama buat kamu !!”
tegas bu Nilda membuat semuanya diam. “lanjutkan !!”
Ify mengangguk, kemudian menghela napas sebelum melanjutkan “Kalian
bisa manggil aku Ify, aku pindahan dari Bandung. Semoga kita dapat berteman
baik” ucap Ify cepat, berharap bisa langsung duduk melihat ekspresi seisi kelas
masih nampak geli dengan namanya yang menyerupai nama band itu. ‘apa yang
salah? Gue kan lahir duluan? Lagian hurufnya juga ada yang beda’ rutuk Ify
dalam hati. Namun tentu saja, ia juga tak bisa menyembunyikan ketegangannya
dibalik rasa jengkelnya itu. ia tak sanggup membayangkan ekspresi apa yang
terpampang diwajahnya sekarang. Seperti
ketika ia di paksa ibunya untuk ikut serta lomba nyanyi di sekolahnya sewaktu
SD. Waktu itu ia sampai lupa ingin nyanyi lagu apa, yang ia lakukan hanya
berdiri tegang dengan keringatt yang mengucur di dahinya. Setelahnya Ify
langsung berlari keluar panggung dengan menangis sekencang-kencangnya. Setelah
kejadian itu, ibunya tak lagi memaksa Ify mengikuti lomba apapun. Selain
kemauan Ify sendiri.
“baiklah, sekarang kamu boleh duduk di bangku kosong sebelah
Agni” perintah bu Nilda, menunjuk deretan bangku no 2 disamping jendela yang
sebenarnya tidak perlu karena itu satu-satunya bangku yang kosong dikelas ini.
Kebetulan sekali..
Ify langsung berjalan menuju bangku sebelah anak perempuan yang agak Tomboy itu
dengan menghela napas penuh syukur.
“nanti kamu bisa tanya teman-teman kamu pelajaran-pelajaran
sebelumnya agar tidak ketinggalan” ucap Bu Nilda ketika Ify baru saja duduk
dibangkunya.
“baik bu” balas Ify sambil mengangguk.
“baiklah sekarang keluarkan buku kalian. Kita lanjutkan yang
kemarin mengenai struktur atom” dengan enggan seluruh siswa-siswi kelas X.3
mengeluarkan buku pelajaran mereka.
“eh, lo keliatan gugup didepan tadi” bisik Agni yang sesekali
menoleh kedepan, takut kalau-kalau bu Nilda menangkap basah ia sedang
berbicara. Bu Nilda paling tidak suka kalau ada murid yang berbicara selagi ia
mengajar, bisa-bisa langsung dijatuhi hukuman yang beragam, seperti berdiri
didepan dengan satu kaki di angkat ditambah menulis dikertas double folio bahwa
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama mulai dari ujung sampai ujungnya lagi
(?), atau lari keliling lapangan dengan muka yang sudah di poles make-up yang
jauh sekali dari kata Cantik atau Ganteng, kalau lagi mood membersihkan WC di
saat istirahat juga salah satu hukuman atau bu Nilda akan menyuruh untuk maju
kedepan kelas menggantikan ia menjelaskan. Dan masih banyak lagi hukuman yang
menanti untuk murid kelasnya yang membandel.
Ify menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, -malu
juga sedikit kesal terhadap Agni yang menurutnya blak-blakan itu.
^^^^^^^^^^^^^
Bel istirahat yang selalu setia ditunggu oleh murid-murid SMA
Pelita Jaya akhirnya mengalunkan iramanya yang merdu –begitulah para murid SMA
Pelita Jaya mengibaratkannya. Ckckck.
Entah sedang bermimpi atau apa, Ify melihat segerombol –yang
kebanyakan anak laki-laki itu- dengan gesit beralih mengelilingi tempat dimana
Ify duduk setelah bu Nilda meninggalkan kelas.
“Haii, gue Dayat..ketua kelas disini, lo bisa tanya-tanya gue
tentang pelajaran kemaren. Catetan gue dipastikan lengkap tanpa kurang satu
huruf pun” Ucap Dayat pada Ify yang membuat Sivia yang duduk tepat didepan Ify
berlagak seperti orang muntah.
“atau lo perlu di anter keliling sekolah??” tawar Dayat. Kini
hanya ia yang berada disamping meja Ify, yang lain hanya mendengus sebal karena
tidak mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan Ify yang dimata mereka semua
–Cantik setelah mendapat peringatan dari Dayat dengan mengatas namakan
jabatannya.
“jangan Fy, mending ikut kita aja. Dayat ini tukang kibul”
ucap Sivia yang langsung di angguki Agni dan teman sebangku Sivia.
Dayat melirik Sivia tajam, namun tak membuat Sivia takut.
“kayaknya gue ikut mereka aja deh” akhirnya Ify buka suara.
membuat Dayat kecewa.
“nah, sekarang lo minggir. Kita mau lewat “ ucap Agni tajam.
Otomatis dayat langsung bergeser, memberikan jalan bagi Ify dan Agni. Malas
kalau sudah berurusan dengan cewek Tomboy ini.
^^^^^^^^^^
“eh, lo liat ekspresinya di Dayat tadi ??” Tawa Sivia langsung
meledak mengingatnya. Mereka kini sedang berjalan di koridor menuju kantin yang
terletak di ujung kelas X.
“iyalah, secara Agni gitu loh. Mana mau dia berurusan sama
preman kelas kita” ucap teman sebangku Sivia yang langsung di sikut oleh Agni.
Ify hanya mengikuti mereka dalam diam. Tak tau harus bicara
apa, nama mereka saja ia tak tau. Hanya Agni yang ia tau, itu pun dari bu Nilda
ketika ia disuruh duduk disamping Agni.
“eh? Kok diem aja sih” Sivia melirik Ify yang berjalan
disamping kirinya. “oh, iya gue sampai lupa. Gue Sivia dan ini Shilla” Sivia
menunjuk dirinya dan teman sebangkunya yang tersenyum lalu menjabat tangan Ify
bergantian.
“kalo gue lo udah tau kan?” tanya Agni yang berjalan disamping
Shilla.
“iya” jawab Ify pelan. Sivia, Shilla dan Agni saling
bertatapan. Lalu kemudian memaklumi tingkah Ify yang masih malu-malu.
Ify, Sivia, Shilla dan Agni sudah berada di kantin, kemudian
menuju bangku kosong yang terletak di sudut. Ify menghela napas lega, ia memang
tidak suka berada ditengah-tengah terlalu mencolok dan menjadi pusat perhatian.
Setelah sepakat memesan semangkuk bakso dan es teh. Sivia
akhirnya memesan makanan setelah kalah suit dengan Agni.
“gilaaa, kepala gue hampir pecah pas bu Nilda ngajar. Gak
ngerti sama sekali” Shilla langsung buka suara setelah Sivia beranjak, ia
mengeluarkan unek-unek nya yang sempat ditahan-tahan selagi belajar mengenai
stuktur atom yang memusingkan.
“bener banget. Gue sampe ngantuk denger bu Nilda ngoceh di
depan” Agni menambahkan. Kemudian langsung menoleh pada Ify yang duduk di
samping Shilla.
“kalo lo Fy gimana ? gue liat lo serius banget tadi meratiin
bu Nilda. Lo pasti ngerti ya ?? boleh tuh ajarin kita” ucap Agni sambil
tersenyum.
“ah, gue sama aja kayak kalian kok. Hehe” ucap Ify sambil
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Shilla dan Agni kemudian
tertawa mendengarnya.
“eh, ngomongin apa’an sih. Kayaknya seru banget” ucap Sivia
sambil meletakkan sebuah nampan berisi pesanan mereka di atas meja kemudian
duduk di samping Agni.
“biasa bu Nilda” ucap Agni sambil memindahkan semangkuk bakso
dan segelas es teh kedepannya.
“kenapa sama bu Nilda??”
“kayak gak tau aja loh. Kalo udah menyakut bu Nilda ya gak
bakal jauh-jauh sama pelajarannya yang bisa bikin otak jungkir balik lah” jawab
Shilla sambil mengaduk-aduk es teh nya.
“emm, emm ..” Sivia menggumam tak jelas. Karena mulutnya sudah
penuh dengan gorengan.
“eh, kok lo ada gorengannya kita enggak ??” tanya Agni.
“emang kalian nitip??”
“yeee, lo mah. Gak nitip bukan berarti gak mau” sahut Shilla
yang di angguki Agni.
“yaudah, pesen sendiri” ucap Sivia kemudian memasukkan
sesendok bakso kedalam mulutnya.
“males. Punya lo aja” Sivia dengan cepat menepis tangan Shilla
yang ingin mencomot gorengannya lalu, lalu bergeser agak menjauhi mereka.
“gini nih Fy kalo punya temen kayak Sivia. Pelitnya minta
ampun, jadi maklumin ya” ucap Shilla membuat Ify tertawa.
“enak aja. Lo kan tau gue porsi makannya gimana, ini aja
sebenernya udah gue kurangin” Sivia membela diri yang malah makin di ledek oleh
Shilla dan Agni. Ify yang melihatnya hanya bisa tertawa sambil sesekali
geleng-geleng kepala melihat kelakuan ketiga sahabat barunya. Sepertinya ia
bakal betah sekolah disini.
“heii..heii..heii..RACI mau kesini !!” teriak seorang cewek
yang sedang berdiri di depan kantin. Terlihat jelas nada girang dari suaranya.
Kantin yang tadinya cukup tenang kini berganti dengan suasana
yang cukup gaduh. Beberapa makanan dan minuman di atas meja langsung bergeser
keujung meja dan di gantikan oleh beberapa alat make-up. Tentu saja pelakunya
adalah anak-anak cewek, sedangkan anak-anak cowok yang sudah tau apa yang akan
terjadi telah meninggalkan kantin sambil mengoceh. Ify yang melihat pemandangan
itu jadi bingung sendiri. Kemudian membuka mulutnya hendak bertanya namun
aksinya terhenti ketika mendengar teriakan histeris dari anak-anak cewek yang
ada di kantin. Ify menutup kedua telinganya, sepertinya sepulang sekolah ia
harus memeriksa telinganya.
Segerombolan orang atau lebih tepatnya cewek memasuki kantin
dengan teriakan yang sama, di depan mereka 4 orang cowok yang pastinya keren
melambaikan tangan sambil memasang senyum mautnya membuat teriakan semua cewek
makin menjadi-jadi.
“heii, heii tenang. Tenang semua !!” salah satu dari keempat
cowok yang berdiri paling ujung berbicara menggunakan sebuah toa yang di
pegangnya. Membuat seisi kantin terdiam, namun tidak dengan Ify yang malah
cengo melihatnya.
“hari ini. Kalian bisa makan sepuasnya, bos ganteng kita yang
nraktir !!” lanjutnya membuat semua orang yang ada di kantin bersorak senang.
Suasana kantin dengan sekejap menjadi sangat ramai, kini tak hanya cewek namun
juga cowok-cowok juga kembali memasuki kantin mendengar kata ‘traktir’. Ibu-ibu yang berjualan di
kantin pastinya sangat senang melihat suasana kantin yang sangat ramai seperti
ini namun juga kelimpungan sendiri melihat orang-orang yang membludak, terpaksa
di gelar tikar karena bangku-bangku kantin tidak muat menampung orang sebanyak
itu.
Ify mengerjap-ngerjap, masih tak percaya dengan apa yang
dilihatnya. Meja kantin yang tadinya ia duduki bersama ketiga sahabatnya kini
bertambah muatan, ia sendiri sudah duduk di ujung bangku tanpa disadari.
Dilihatnya Sivia yang berada tepat didepannya masih melahap bakso dan beberapa
gorengan yang sepertinya baru dipesan dengan lahap. Pandangan Ify kemudian
bergeser pada Agni yang malah tertidur disamping Sivia. Dan Shilla yang ada
disampingnya sedang menopang dagu dengan satu tangan sambil senyum-senyum tak
jelas. Ify mengikuti arah pandang Shilla. Ify menghela napas ketika tau Shilla
sedang memperhatikan keempat cowok yang sedang asyik melahap makanan
dikelilingi oleh beberapa cewek yang beruntung. Ify kemudian memperhatikan
keempat cowok itu satu persatu, penasaran apa yang membuat semua orang
bertingkah berlebihan seperti itu.
Cowok pertama yang Ify ingat berbicara menggunakan toa sedang
melahap sebuah gorengan. Sesekali ia
merapikan rambut model Quiff-nya.
Masih sibuk dengan beberapa makanan didepannya sambil sesekali menanggapi cewek
didepannya yang sedang berceloteh.
Disebelahnya, terlihat seorang cowok dengan rambut agak
kemerahan sedang tertawa. Tawa yang membuat orang bakal gemas melihatnya.
Matanya yang sipit terlihat semakin sipit saja ketika ia tertawa namun tentu
saja tidak mengurangi kharismanya. Rambutnya juga dibuat model Quiff sama seperti cowok disebelahnya,
sepertinya mereka mempunyai selera yang sama mengenai model rambut.
Kemudian disebelahnya, terlihat seorang cowok hitam manis
sedang meneguk kaleng minuman ditangannya. Kemudian ia tersenyum pada seorang
cewek didepannya. Senyum yang amat manis jika dilihat. Rambutnya yang agak
berantakan sama sekali tidak mengurangi kesan tampan dalam dirinya.
Yang terakhir, sedang melahap semangkuk bakso kemudian dengan
cepat mengambil sebotol air mineral didepannya. Sepertinya ia kebanyakan
memasukkan cabe. Ia melepas topi yang dipakainya membuat rambut merahnya
terlihat. Sama seperti yang lain cowok satu ini juga memiliki wajah diatas
rata-rata ditambah dengan kedua lesung pipi ketika ia tersenyum.
Setelah memperhatikan Ify mengakui mereka memiliki kharismanya
masing-masing tapi ia masih tak habis pikir dengan reaksi berlebihan semua
orang. Ify sekali lagi memperhatikan keempat cowok itu, mungkin ada sesuatu
yang terlewat yang membuat semua orang bertingkah aneh seperti itu. Namun,
tatapan Ify terhenti ketika salah satu cowok itu juga menatapnya. Tanpa
disangka, cowok itu tersenyum kearah Ify. Senyum yang menurut Ify tak ada kata
manis didalamnya. Tanpa membalas Ify langsung memalingkan muka dan menatap
Sivia.
“Vi, udah??”
“hemmm. Iya” ucap Sivia kemudian menyesap minumannya sampai
habis.
“yuk ke kelas!!” ajak Ify.
“oke. Eh, bangun Ag. Kok tidur disini sih” Sivia
mendorong-dorong bahu Agni membuatnya terbangun.
“ah, elo Vi. Padahal gue lagi mimpi indah” ucap Agni kesal.
“mimpi apa’an?” tanya Shilla “pasti mimpi’in salah satu anak
RACI itu ya?” goda Shilla.
“enak aja lo. Gue mimpi ngajar bu Nilda tentang basket.
Pusing, pusing deh tu ibu”
“gue kira apa. Yuk kekelas!!” ucap Sivia kemudian berdiri dan
mengambil satu gorengan di meja sebelah “minta satu ya!!” ucap Sivia yang
langsung menggigit sepotong gorengan itu. Seorang cewek pemilik gorengan itu
ingin melayangkan protes namun Sivia sudah berlalu di ikuti Ify, Shilla dan
Agni yang cekikikan.
Salah satu dari anak RACI yang tadi tak sengaja menatap Ify
yang juga menatapnya, mendongak ketika mendengar suara tawa. Dilihatnya Sivia
yang memasukkan potongan gorengan terakhir kedalam mulutnya, Shilla dan Agni
yang tertawa kemudian pandangannya terhenti pada Ify yang juga ikut tertawa.
Cowok itu hanya tersenyum tipis melihat Ify yang berjalan melewati mejanya
tanpa menoleh sedikit pun.
^^^^^^^^^^^^^
Sivia, Shilla dan Agni mengajak Ify berkeliling sekolah
setelah mendapat informasi kalau bu Okky –guru bahasa Indonesia- tidak masuk
dan tidak ada satu tugas pun darinya. Dayat yang tadinya ingin ikut langsung
mengurungkan niatnya ketika di pelototi oleh Agni. Membuat Ify, Sivia dan
Shilla tertawa melihatnya.
“kok Dayat kayak takut gitu sama Agni?” tanya Ify ketika
mereka baru keluar kelas.
“soalnya dulu mereka pernah adu jotos dan pemenangnya Agni”
ucap Shilla menggebu-gebu.
“hah? Masa’ sih?” tanya Ify tak percaya.
“iya. Gak cuma Dayat yang takut, orang-orang yang tau kejadian
itu juga jaga jarak sama Agni. Kecuali kita” kali ini Sivia yang menjawab
sambil mengedipkan matanya pada Agni yang menghela napas.
“wihh, hebat” Ify bertepuk tangan, Sivia dan Shilla tertawa.
“bukan Cuma gue. Sivia juga di takuti karena suka ngembat
makan orang” balas Agni membuat Sivia manyun.
“kalau Shilla??” tanya Ify. Ia mendadak kepo tentang
kepribadian ketiga sahabat barunya ini. Rasa canggungnya perlahan menghilang.
“kalau Shilla, bisa di ibaratkan kayak majalah fashion berjalan”
jawab Agni tertawa yang langsung disikut Shilla.
“tapi bener kok, Shilla itu bagaikan dewi yang turun dari
kayangan” ucap Sivia lebay membuat Ify dan Agni tertawa membuat pipi Shilla
memerah.
“tapi..tapi..Shilla punya satu rahasia dan cuma kita yang tau
. . . “ lanjut Sivia sok misterius sambil merangkul Agni. Mendadak Sivia dan
Agni berhenti membuat Ify dan Shilla juga ikut-ikutan. Penasaran !!
“dibalik kecantikannya Shilla itu . . . “ Sivia sengaja
menggantungkan kalimatnya, membuat Ify dan Shilla yang juga tidak tau
penasaran. Agni malah cekikikan melihat ekspresi ketiga sahabatnya.
“tukang ngorok” ucap Sivia akhirnya membuat ia dan Agni
tertawa. Ify terkejut namun akhirnya ikut tertawa juga, sedangkan Shilla malah
sangat terkejut, hal ini sangat memalukan. Bagaimana mereka tau ??
“lo inget kan?? Waktu kita nginep dirumah gue” ucap Agni
seolah dapat membaca pikiran Shilla.
“sayangnya waktu itu kita gak sempet buat ngerekam” Sivia
memasang ekspresi menyesalnya.
“ya ampun” Shilla menepuk dahinya. Ini benar-benar memalukan.
“hahahaha, tenang !! rahasia lo aman kok sama kita” ucap Agni
menenangkan sambil merangkul Shilla yang masih shock.
“beneran ?? gak bakal di omongin lagi ??” tanya Shilla pelan.
“di omonginnya pas kita berempat ngumpul aja kok” Sivia
tertawa renyah membuat Shilla manyun.
“kalau lo Fy ?? kayaknya lo juga hobi fashion juga kayak
Shilla” ucap Agni kini mereka kembali berjalan melewati perpustakaan.
Sepertinya mereka malah keasyikan bercerita sehingga melupakan tujuan utama
untuk memperkenalkan sekolah mereka pada Ify.
“sebenarnya gue gak terlalu suka fashion”
“masa’ sih? Tapi kalau dilihat dari penampilan lo kayak
up-date banget masalah fashion” ucap Shilla tak percaya.
Ify tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
“ini mama gue yang nyiapin. Gue tinggal make doang” jawab Ify.
Sivia, Shilla dan Agni berpandangan.
“gue suka musik. Tapi gak pernah gue kembangin, soalnya gue
gak bisa buat tampil didepan umum. Gue demam panggung dan itu sangat memalukan.
Mama gak bisa maksa lagi buat ngembangin hobi gue, jadi dia beralih ngajarin
gue tentang fashion yang dia suka tapi gue gak. Mau gak mau gue nurut aja, gue
gak mau ngecewain mama lagi. Dia berharap gue bisa jadi model atau disainer
kayak dia” lanjut Ify membuat ketiganya melongo
“nyokap lo model?” tanya Shilla takjub.
“mantan” ralat Ify “sekarang dia jadi disainer untuk para
model”
“waw. Kesempatan nih buat lo Shill. Lo kan pengen jadi model”
ucap Sivia.
“kapan-kapan gue ajak kerumah deh” ucap Ify membuat Sivia,
Agni apalagi Shilla tak sabaran.
Ify dkk baru saja akan melewati lapangan basket di sekolah,
namun langkah mereka terhenti ketika melihat segerombolan orang-orang atau bisa
dibilang semuanya cewek sedang mengelilingi lapangan dengan sorakan histeris
seperti di kantin tadi. Ify yang melihatnya bingung sendiri sekaligus
penasaran.
“ada apa sih??” tanya Ify.
“paling juga karena anak-anak RACI” jawab Shilla.
“siapa?” tanya Ify lagi.
“RACI. Empat anak cowok yang menghebohkan kantin tadi” kali
ini Sivia yang menjawab.
Ify membulatkan mulutnya. Lagi-lagi !!
“kesana aja yuk !! lo harus liat gimana kerennya mereka main”
Shilla menarik tangan Ify menerobos kerumunan di lapangan. diikuti Sivia dan
Agni yang geleng-geleng kepala.
“eh, eh. Ada bu Nilda tuh!!” seru Shilla membuat kerumunan
didepannya dengan refleks bubar.
“taktik gue keren kan” Shilla mengedipkan matanya pada Ify
yang terkekeh.
Sivia dan Agni kini berdiri dibelakang mereka.
“kok cuma berempat sih?” tanya Ify bingung ketika melihat yang
main basket hanya mereka berempat.
“iseng” jawab Agni.
“hah?” Ify melongo, kembali menatap sekeliling lapangan yang
dipenuhi segerombolan anak-anak cewek tanpa cela sedikitpun.
“udah gak usah heran kayak gitu. Mereka kan emang punya
tampang diatas rata-rata, jadi gak heran kan” ucap Shilla kemudian bertepuk
tangan kesenangan ketika salah satu dari anak RACI itu berhasil mencetak angka.
“Shilla salah satu penggemar dari mereka. Dia suka banget kak
Alvin yang baru nyetak angka tadi” ucap Sivia. Ify kemudian memperhatikan cowok
bermata sipit yang sedang ber-high five
dengan salah satu temannya.
“nah kalau yang di dekat kak Alvin itu, namanya kak Gabriel”
Ify mengangguk sembari mengingat kalau Gabriel yang tadi berbicara menggunakan
toa di kantin.
“yang lagi ketawa itu namanya Cakka” kini gantian Agni yang
menjelaskan “dia orangnya susah buat serius. Liat aja, cara mainnya” Ify
mendengarkan penjelasan Agni sambil memperhatikan orang yang di maksud. Cakka
sedang meliuk-liuk kan badannya -_- membuat semua orang tertawa, kemudian
langsung di toyor oleh salah satu temannya.
“itu siapa?” tanya Ify. Ketika melihat cowok hitam manis yang
menoyor Cakka. Cowok yang tersenyum padanya ketika berada dikantin tadi.
“oh, itu kak Rio. yang tadi nraktir kita di kantin. Dia sering
dipanggil bos ganteng gitu sama temen-temennya. Denger-denger juga dia yang
paling tajir di antara ke tiga temennya. Dan lo tau, korbannya udah gak ke
itung lagi” Ify yang mendengar penjelasan Sivia bergedik ngeri.
“semua orang udah tau kan, kalau mereka playboy. Tapi kenapa
masih mau gitu?” tanya Ify heran.
“tauukk deh. Mungkin suatu kebanggaan bisa deket sama mereka. Mereka
kan cakep + tajir. Tapi kalau ujung-ujungnya bakal sakit ati, gue mah ogah”
ucap Agni. Ify mengangguk menyetujui.
“mereka itu orangnya ramah-ramah. Gak sombong, jadi mudah buat
akrab sama mereka. Itu salah satu kelebihan sekaligus kekurangan mereka menurut
gue” ucap Sivia.
“GO RACI GO RACI GO, GO RACI GO RACI GO” Ify menutup telinganya
ketika teriakan para cewek memenuhi lapangan. Shilla juga ikut-ikutan.
“udah ah, pergi aja yuk !!” ajak Ify namun suaranya tenggelam
oleh teriakan massal itu. Ify berbalik menghadap Sivia dan Agni yang juga
merasa tidak nyaman disini. Setelah memberi isyarat untuk pergi mereka kemudian
berbalik untuk beranjak dari lapangan, namun karena semangatnya para penonton
membuat mereka susah lewat, Sivia dan Agni terdorong kebelakang membuat Ify
yang berada di belakangnya ikut terdorong sampai jatuh.
“aduhhh” Ify meringis. Membuat semua orang menoleh padanya
termasuk keempat cowok keren itu. Suasana yang tadinya ramai kini berubah
menjadi hening. Ify memejamkan matanya, kini ia menjadi pusat perhatian, salah
satu hal yang paling dibencinya.
“lo gapapa?” Ify membuka matanya perlahan, didepannya kini ada
seorang cowok yang tersenyum kearahnya dengan sebelah tangan yang ia ulurkan
untuk membantu Ify. Ify menatapnya tak percaya, cowok didepannya sekarang
adalah cowok yang sama yang ia lihat dikantin tadi, salah satu dari anak RACI.
Rio !!
Semua cewek disana memekik tertahan menyaksikan kejadian
tersebut.
“gue gapapa” ucap Ify kemudian berdiri tanpa menyambut uluran
tangan cowok itu. membuat semua orang menyesali perbuatannya. Ify kemudian
berjalan cepat melewati kerumunan di ikuti Sivia, Shilla dan Agni.
Rio –cowok itu- menatap kepergian Ify dengan pikiran yang tak
karuan. Ia menggenggam erat tangannya yang tadi di tolak Ify. Rio tersenyum tipis, ia tak biasa dikecewakan
apalagi didepan orang banyak seperti ini. Tanpa sengaja Ify –cewek tadi telah
mengajaknya untuk bermain.
^^^^^^^^^^^
Ify beberapa kali memandangi jam ditangan kirinya. Sudah
hampir setengah jam ia menunggu jemputannya. Ify segera menyesali penolakannya
pada Shilla yang dengan senang hati mengantarnya pulang.
“duuhh, pak Jo kemana sih” dumel Ify. Ia sedang mondar-mandir
didepan pagar sekolah dengan gelisah. Sekolah sudah sepi sekarang.
“eh, eh. Itu cewek yang tadi kan??” Gabriel menepuk-nepuk bahu
Rio yang akan memakai helm. Mereka sedang berada di parkiran dekat gerbang
sekolah. Rio menoleh.
“cewek yang tadi nolak Rio tuh” Cakka tertawa yang langsung
mendapatkan toyoran dari Rio.
“itu penolakan pertama lo kan io ?? ckck, ternyata ada juga
yang berani nolak lo” ucap Alvin takjub.
“itu penolakan kedua buat gue” ucap Rio, masih menatap lurus
kearah Ify.
“hah? Serius ? yang pertama siapa?” tanya Cakka penasaran
diangguki yang lain.
“ya dia” jawab Rio tanpa minat. “waktu dikantin, dia langsung
buang muka pas gue senyum” Rio melongos. Alvin dan Gabriel berpandangan
kemudian tawa mereka langsung meledak. Beda halnya dengan Cakka yang malah bengong.
“kenapa ketawa?” tanya Rio kesal.
“lucu aja bos. Seorang Mario Stevano yang dikenal dengan
senyum mautnya, ini malah gak mempan sama satu cewek” ucap Gabriel kembali
tertawa di ikuti oleh Alvin.
Rio menatap kedua sahabatnya dengan kesal “ini baru awal. Dia
belum tau aja siapa gue” ucap Rio kembali memandang Ify yang telah masuk
kedalam sebuah mobil.
“cabut !! besok gue kasih tau gimana rencana buat dapetin tu
cewek” ucap Rio kemudian mengenakan helm fullface-nya.
“oke !!” Alvin mengacungkan jempol kemudian memakai helm.
“woii, kenapa lo??” tanya Gabriel pada Cakka yang bergedik.
“gue takut sama tu cewek” gumam Cakka.
“kenapa?” tanya Alvin setelah melepas helm.
“tadi kata Rio. dia buang muka pas di kantin, jadi mukanya
ganti-ganti dong” jawab Cakka polos.
Rio geleng-geleng kepala, menstarter motornya kemudian melaju
cepat meninggalkan sekolah tanpa memperdulikan Cakka.
“yuk cabut !!” ucap Alvin kemudian melaju menyusul Rio.
“ayo !! atau muke lo yang mau gue ganti ??” ucap Iel kesal
melihat Cakka yang masih bengong.
“kenapa sih kalian, keselan banget. Lagi PMS ya??” gerutu
Cakka kemudian naik ke motornya dan memakai helm. Lalu menyusul Rio, Alvin dan
Iel yang juga meninggalkannya.
To be Continued