Senin, 11 Agustus 2014

Cinta Cowok Playboy (Cerbung ICIL)

Suasana ruang kelas X.3 tampak sangat gaduh, meskipun bel tanda masuk sudah berbunyi. Seolah-olah tak mendengar, sebagian murid masih belum sepenuhnya duduk rapi dibangku masing-masing. Ada yang berkejar-kejaran karena salah satunya dengan usil mengambil paksa buku catatan salah satu temannya, sehingga teriakan kesal dan tawa kemenangan memenuhi ruang kelas. Ada yang sibuk bergosip tentang kakak-kakak kelas yang keren. Ada yang berdandan, tapi ada pula yang sibuk dengan buku pelajaran di atas meja yang sesekali berdecak sambil melihat sekeliling kelas yang bisa dibilang sudah seperti pasar itu.
Namun tak beberapa lama, ruang kelas yang semula gaduh langsung menjadi hening ketika melihat bu Nilda yang langsung mendapat predikat guru killer –setelah sebulan mendapatkan pengajaran di SMA Pelita Jaya- memasuki ruangan, namun bukannya langsung duduk dibangku masing-masing, anak-anak kelas X.3 malah menatap lurus seorang anak perempuan yang berdiri canggung disamping bu Nilda. –Sivia- anak perempuan berpipi chubby yang buku catatannya sempat diambil oleh Dayat –sang ketua kelas- yang ternyata bandel itu langsung merebut catatannya, ketika dilihatnya Dayat yang ikut-ikutan menatap anak perempuan yang kemungkinan besar adalah siswi baru dikelas mereka. Sivia mendorong Dayat sehingga menyebabkan meja dibelakangnya terdorong dan menimbulkan bunyi yang cukup nyaring untuk membuat semua orang menoleh kepadanya. Sivia tersenyum puas kemudian duduk manis dibangkunya setelah catatan Kimianya sudah berada ditangannya.
“apakah saya perlu menggiring kalian satu persatu agar bisa duduk dibangku kalian masing-masing??” tanya bu Nilda, kata-kata yang terdengar tajam itu langsung membuat semua siswa-siswi duduk manis dibangku masing-masing. Namun tak meluputkan pandangan pada murid baru yang masih berdiri disamping bu Nilda.
Bu Nilda berdehem (?) kemudian menuju bangkunya yang berada agak disudut ruangan. Siswi baru itu mengikuti dengan langkah kaku.
“baiklah, sepertinya kalian sudah tau kalau kalian kedatangan teman baru, melihat pandangan kalian semua” ucap bu Nilda, masih terdengar tajam. Entah memang nada bicaranya dari lahir begitu atau hanya dibuat agar tidak ada murid yang berani padanya. Namun, Sion salah satu murid kelas X.3 berpendapat bahwa bu Nilda sudah seperti itu dari lahir, karena ia pernah mendengar bu Nilda berbicara dengan nada suara yang sama ketika berbicara dengan guru-guru di kantor.
“baiklah, silahkan perkenalkan dirimu !!”
Anak perempuan yang dari tadi menunduk karena merasa risih diperhatikan seperti itu atau lebih tepatnya malu akhirnya mendongak. Lalu menoleh pada bu Nilda yang menunggunya berbicara.
Dengan susah payah akhirnya murid baru itu membuka mulut.
“ha..haiii” sapanya dengan terbata. Yang langsung ia rutuki kenapa daridulu tidak bisa menghilangkan kebiasaan memalukan ini ketika berhadapan dengan orang banyak.
“haaaiiiii” penghuni kelas membalas dengan semangatt membuat murid baru itu tersenyum senang. Mungkin menjadi murid baru tidak seburuk yang ia pikirkan, buktinya orang-orang yang akan menjadi teman sekelasnya menyambutnya dengan baik. Walaupun Cuma sebatas sapaan.
“perkenalkan, namaku Zifylia Azzahra”
“anak band dong!!” celetuk salah satu siswa yang duduk dipojok belakang. Kontak semua murid tertawa membuat siswi baru itu tersenyum simpul, malu dan jengkel.
“diam semua !! Kiki, ini peringatan pertama buat kamu !!” tegas bu Nilda membuat semuanya diam. “lanjutkan !!”
Ify mengangguk, kemudian menghela napas sebelum melanjutkan “Kalian bisa manggil aku Ify, aku pindahan dari Bandung. Semoga kita dapat berteman baik” ucap Ify cepat, berharap bisa langsung duduk melihat ekspresi seisi kelas masih nampak geli dengan namanya yang menyerupai nama band itu. ‘apa yang salah? Gue kan lahir duluan? Lagian hurufnya juga ada yang beda’ rutuk Ify dalam hati. Namun tentu saja, ia juga tak bisa menyembunyikan ketegangannya dibalik rasa jengkelnya itu. ia tak sanggup membayangkan ekspresi apa yang terpampang diwajahnya sekarang.  Seperti ketika ia di paksa ibunya untuk ikut serta lomba nyanyi di sekolahnya sewaktu SD. Waktu itu ia sampai lupa ingin nyanyi lagu apa, yang ia lakukan hanya berdiri tegang dengan keringatt yang mengucur di dahinya. Setelahnya Ify langsung berlari keluar panggung dengan menangis sekencang-kencangnya. Setelah kejadian itu, ibunya tak lagi memaksa Ify mengikuti lomba apapun. Selain kemauan Ify sendiri.
“baiklah, sekarang kamu boleh duduk di bangku kosong sebelah Agni” perintah bu Nilda, menunjuk deretan bangku no 2 disamping jendela yang sebenarnya tidak perlu karena itu satu-satunya bangku yang kosong dikelas ini. Kebetulan sekali..
Ify langsung berjalan menuju bangku  sebelah anak perempuan yang agak Tomboy itu dengan menghela napas penuh syukur.
“nanti kamu bisa tanya teman-teman kamu pelajaran-pelajaran sebelumnya agar tidak ketinggalan” ucap Bu Nilda ketika Ify baru saja duduk dibangkunya.
“baik bu” balas Ify sambil mengangguk.
“baiklah sekarang keluarkan buku kalian. Kita lanjutkan yang kemarin mengenai struktur atom” dengan enggan seluruh siswa-siswi kelas X.3 mengeluarkan buku pelajaran mereka.
“eh, lo keliatan gugup didepan tadi” bisik Agni yang sesekali menoleh kedepan, takut kalau-kalau bu Nilda menangkap basah ia sedang berbicara. Bu Nilda paling tidak suka kalau ada murid yang berbicara selagi ia mengajar, bisa-bisa langsung dijatuhi hukuman yang beragam, seperti berdiri didepan dengan satu kaki di angkat ditambah menulis dikertas double folio bahwa tidak akan mengulangi kesalahan yang sama mulai dari ujung sampai ujungnya lagi (?), atau lari keliling lapangan dengan muka yang sudah di poles make-up yang jauh sekali dari kata Cantik atau Ganteng, kalau lagi mood membersihkan WC di saat istirahat juga salah satu hukuman atau bu Nilda akan menyuruh untuk maju kedepan kelas menggantikan ia menjelaskan. Dan masih banyak lagi hukuman yang menanti untuk murid kelasnya yang membandel.
Ify menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, -malu juga sedikit kesal terhadap Agni yang menurutnya blak-blakan itu.

^^^^^^^^^^^^^

Bel istirahat yang selalu setia ditunggu oleh murid-murid SMA Pelita Jaya akhirnya mengalunkan iramanya yang merdu –begitulah para murid SMA Pelita Jaya mengibaratkannya. Ckckck.
Entah sedang bermimpi atau apa, Ify melihat segerombol –yang kebanyakan anak laki-laki itu- dengan gesit beralih mengelilingi tempat dimana Ify duduk setelah bu Nilda meninggalkan kelas.
“Haii, gue Dayat..ketua kelas disini, lo bisa tanya-tanya gue tentang pelajaran kemaren. Catetan gue dipastikan lengkap tanpa kurang satu huruf pun” Ucap Dayat pada Ify yang membuat Sivia yang duduk tepat didepan Ify berlagak seperti orang muntah.
“atau lo perlu di anter keliling sekolah??” tawar Dayat. Kini hanya ia yang berada disamping meja Ify, yang lain hanya mendengus sebal karena tidak mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan Ify yang dimata mereka semua –Cantik setelah mendapat peringatan dari Dayat dengan mengatas namakan jabatannya.
“jangan Fy, mending ikut kita aja. Dayat ini tukang kibul” ucap Sivia yang langsung di angguki Agni dan teman sebangku Sivia.
Dayat melirik Sivia tajam, namun tak membuat Sivia takut.
“kayaknya gue ikut mereka aja deh” akhirnya Ify buka suara. membuat Dayat kecewa.
“nah, sekarang lo minggir. Kita mau lewat “ ucap Agni tajam. Otomatis dayat langsung bergeser, memberikan jalan bagi Ify dan Agni. Malas kalau sudah berurusan dengan cewek Tomboy ini.
^^^^^^^^^^
“eh, lo liat ekspresinya di Dayat tadi ??” Tawa Sivia langsung meledak mengingatnya. Mereka kini sedang berjalan di koridor menuju kantin yang terletak di ujung kelas X.
“iyalah, secara Agni gitu loh. Mana mau dia berurusan sama preman kelas kita” ucap teman sebangku Sivia yang langsung di sikut oleh Agni.
Ify hanya mengikuti mereka dalam diam. Tak tau harus bicara apa, nama mereka saja ia tak tau. Hanya Agni yang ia tau, itu pun dari bu Nilda ketika ia disuruh duduk disamping Agni.
“eh? Kok diem aja sih” Sivia melirik Ify yang berjalan disamping kirinya. “oh, iya gue sampai lupa. Gue Sivia dan ini Shilla” Sivia menunjuk dirinya dan teman sebangkunya yang tersenyum lalu menjabat tangan Ify bergantian.
“kalo gue lo udah tau kan?” tanya Agni yang berjalan disamping Shilla.
“iya” jawab Ify pelan. Sivia, Shilla dan Agni saling bertatapan. Lalu kemudian memaklumi tingkah Ify yang masih malu-malu.
Ify, Sivia, Shilla dan Agni sudah berada di kantin, kemudian menuju bangku kosong yang terletak di sudut. Ify menghela napas lega, ia memang tidak suka berada ditengah-tengah terlalu mencolok dan menjadi pusat perhatian.
Setelah sepakat memesan semangkuk bakso dan es teh. Sivia akhirnya memesan makanan setelah kalah suit dengan Agni.
“gilaaa, kepala gue hampir pecah pas bu Nilda ngajar. Gak ngerti sama sekali” Shilla langsung buka suara setelah Sivia beranjak, ia mengeluarkan unek-unek nya yang sempat ditahan-tahan selagi belajar mengenai stuktur atom yang memusingkan.
“bener banget. Gue sampe ngantuk denger bu Nilda ngoceh di depan” Agni menambahkan. Kemudian langsung menoleh pada Ify yang duduk di samping Shilla.
“kalo lo Fy gimana ? gue liat lo serius banget tadi meratiin bu Nilda. Lo pasti ngerti ya ?? boleh tuh ajarin kita” ucap Agni sambil tersenyum.
“ah, gue sama aja kayak kalian kok. Hehe” ucap Ify sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Shilla dan Agni kemudian tertawa mendengarnya.
“eh, ngomongin apa’an sih. Kayaknya seru banget” ucap Sivia sambil meletakkan sebuah nampan berisi pesanan mereka di atas meja kemudian duduk di samping Agni.
“biasa bu Nilda” ucap Agni sambil memindahkan semangkuk bakso dan segelas es teh kedepannya.
“kenapa sama bu Nilda??”
“kayak gak tau aja loh. Kalo udah menyakut bu Nilda ya gak bakal jauh-jauh sama pelajarannya yang bisa bikin otak jungkir balik lah” jawab Shilla sambil mengaduk-aduk es teh nya.
“emm, emm ..” Sivia menggumam tak jelas. Karena mulutnya sudah penuh dengan gorengan.
“eh, kok lo ada gorengannya kita enggak ??” tanya Agni.
“emang kalian nitip??”
“yeee, lo mah. Gak nitip bukan berarti gak mau” sahut Shilla yang di angguki Agni.
“yaudah, pesen sendiri” ucap Sivia kemudian memasukkan sesendok bakso kedalam mulutnya.
“males. Punya lo aja” Sivia dengan cepat menepis tangan Shilla yang ingin mencomot gorengannya lalu, lalu bergeser agak menjauhi mereka.
“gini nih Fy kalo punya temen kayak Sivia. Pelitnya minta ampun, jadi maklumin ya” ucap Shilla membuat Ify tertawa.
“enak aja. Lo kan tau gue porsi makannya gimana, ini aja sebenernya udah gue kurangin” Sivia membela diri yang malah makin di ledek oleh Shilla dan Agni. Ify yang melihatnya hanya bisa tertawa sambil sesekali geleng-geleng kepala melihat kelakuan ketiga sahabat barunya. Sepertinya ia bakal betah sekolah disini.
“heii..heii..heii..RACI mau kesini !!” teriak seorang cewek yang sedang berdiri di depan kantin. Terlihat jelas nada girang dari suaranya.
Kantin yang tadinya cukup tenang kini berganti dengan suasana yang cukup gaduh. Beberapa makanan dan minuman di atas meja langsung bergeser keujung meja dan di gantikan oleh beberapa alat make-up. Tentu saja pelakunya adalah anak-anak cewek, sedangkan anak-anak cowok yang sudah tau apa yang akan terjadi telah meninggalkan kantin sambil mengoceh. Ify yang melihat pemandangan itu jadi bingung sendiri. Kemudian membuka mulutnya hendak bertanya namun aksinya terhenti ketika mendengar teriakan histeris dari anak-anak cewek yang ada di kantin. Ify menutup kedua telinganya, sepertinya sepulang sekolah ia harus memeriksa telinganya.
Segerombolan orang atau lebih tepatnya cewek memasuki kantin dengan teriakan yang sama, di depan mereka 4 orang cowok yang pastinya keren melambaikan tangan sambil memasang senyum mautnya membuat teriakan semua cewek makin menjadi-jadi.
“heii, heii tenang. Tenang semua !!” salah satu dari keempat cowok yang berdiri paling ujung berbicara menggunakan sebuah toa yang di pegangnya. Membuat seisi kantin terdiam, namun tidak dengan Ify yang malah cengo melihatnya.
“hari ini. Kalian bisa makan sepuasnya, bos ganteng kita yang nraktir !!” lanjutnya membuat semua orang yang ada di kantin bersorak senang. Suasana kantin dengan sekejap menjadi sangat ramai, kini tak hanya cewek namun juga cowok-cowok juga kembali memasuki kantin mendengar kata ‘traktir’. Ibu-ibu yang berjualan di kantin pastinya sangat senang melihat suasana kantin yang sangat ramai seperti ini namun juga kelimpungan sendiri melihat orang-orang yang membludak, terpaksa di gelar tikar karena bangku-bangku kantin tidak muat menampung orang sebanyak itu.
Ify mengerjap-ngerjap, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meja kantin yang tadinya ia duduki bersama ketiga sahabatnya kini bertambah muatan, ia sendiri sudah duduk di ujung bangku tanpa disadari. Dilihatnya Sivia yang berada tepat didepannya masih melahap bakso dan beberapa gorengan yang sepertinya baru dipesan dengan lahap. Pandangan Ify kemudian bergeser pada Agni yang malah tertidur disamping Sivia. Dan Shilla yang ada disampingnya sedang menopang dagu dengan satu tangan sambil senyum-senyum tak jelas. Ify mengikuti arah pandang Shilla. Ify menghela napas ketika tau Shilla sedang memperhatikan keempat cowok yang sedang asyik melahap makanan dikelilingi oleh beberapa cewek yang beruntung. Ify kemudian memperhatikan keempat cowok itu satu persatu, penasaran apa yang membuat semua orang bertingkah berlebihan seperti itu.
Cowok pertama yang Ify ingat berbicara menggunakan toa sedang melahap sebuah gorengan.  Sesekali ia merapikan rambut model Quiff-nya. Masih sibuk dengan beberapa makanan didepannya sambil sesekali menanggapi cewek didepannya yang sedang berceloteh.
Disebelahnya, terlihat seorang cowok dengan rambut agak kemerahan sedang tertawa. Tawa yang membuat orang bakal gemas melihatnya. Matanya yang sipit terlihat semakin sipit saja ketika ia tertawa namun tentu saja tidak mengurangi kharismanya. Rambutnya juga dibuat model Quiff sama seperti cowok disebelahnya, sepertinya mereka mempunyai selera yang sama mengenai model rambut.
Kemudian disebelahnya, terlihat seorang cowok hitam manis sedang meneguk kaleng minuman ditangannya. Kemudian ia tersenyum pada seorang cewek didepannya. Senyum yang amat manis jika dilihat. Rambutnya yang agak berantakan sama sekali tidak mengurangi kesan tampan dalam dirinya.
Yang terakhir, sedang melahap semangkuk bakso kemudian dengan cepat mengambil sebotol air mineral didepannya. Sepertinya ia kebanyakan memasukkan cabe. Ia melepas topi yang dipakainya membuat rambut merahnya terlihat. Sama seperti yang lain cowok satu ini juga memiliki wajah diatas rata-rata ditambah dengan kedua lesung pipi ketika ia tersenyum.
Setelah memperhatikan Ify mengakui mereka memiliki kharismanya masing-masing tapi ia masih tak habis pikir dengan reaksi berlebihan semua orang. Ify sekali lagi memperhatikan keempat cowok itu, mungkin ada sesuatu yang terlewat yang membuat semua orang bertingkah aneh seperti itu. Namun, tatapan Ify terhenti ketika salah satu cowok itu juga menatapnya. Tanpa disangka, cowok itu tersenyum kearah Ify. Senyum yang menurut Ify tak ada kata manis didalamnya. Tanpa membalas Ify langsung memalingkan muka dan menatap Sivia.
“Vi, udah??”
“hemmm. Iya” ucap Sivia kemudian menyesap minumannya sampai habis.
“yuk ke kelas!!” ajak Ify.
“oke. Eh, bangun Ag. Kok tidur disini sih” Sivia mendorong-dorong bahu Agni membuatnya terbangun.
“ah, elo Vi. Padahal gue lagi mimpi indah” ucap Agni kesal.
“mimpi apa’an?” tanya Shilla “pasti mimpi’in salah satu anak RACI itu ya?” goda Shilla.
“enak aja lo. Gue mimpi ngajar bu Nilda tentang basket. Pusing, pusing deh tu ibu”
“gue kira apa. Yuk kekelas!!” ucap Sivia kemudian berdiri dan mengambil satu gorengan di meja sebelah “minta satu ya!!” ucap Sivia yang langsung menggigit sepotong gorengan itu. Seorang cewek pemilik gorengan itu ingin melayangkan protes namun Sivia sudah berlalu di ikuti Ify, Shilla dan Agni yang cekikikan.
Salah satu dari anak RACI yang tadi tak sengaja menatap Ify yang juga menatapnya, mendongak ketika mendengar suara tawa. Dilihatnya Sivia yang memasukkan potongan gorengan terakhir kedalam mulutnya, Shilla dan Agni yang tertawa kemudian pandangannya terhenti pada Ify yang juga ikut tertawa. Cowok itu hanya tersenyum tipis melihat Ify yang berjalan melewati mejanya tanpa menoleh sedikit pun.

^^^^^^^^^^^^^

Sivia, Shilla dan Agni mengajak Ify berkeliling sekolah setelah mendapat informasi kalau bu Okky –guru bahasa Indonesia- tidak masuk dan tidak ada satu tugas pun darinya. Dayat yang tadinya ingin ikut langsung mengurungkan niatnya ketika di pelototi oleh Agni. Membuat Ify, Sivia dan Shilla tertawa melihatnya.
“kok Dayat kayak takut gitu sama Agni?” tanya Ify ketika mereka baru keluar kelas.
“soalnya dulu mereka pernah adu jotos dan pemenangnya Agni” ucap Shilla menggebu-gebu.
“hah? Masa’ sih?” tanya Ify tak percaya.
“iya. Gak cuma Dayat yang takut, orang-orang yang tau kejadian itu juga jaga jarak sama Agni. Kecuali kita” kali ini Sivia yang menjawab sambil mengedipkan matanya pada Agni yang menghela napas.
“wihh, hebat” Ify bertepuk tangan, Sivia dan Shilla tertawa.
“bukan Cuma gue. Sivia juga di takuti karena suka ngembat makan orang” balas Agni membuat Sivia manyun.
“kalau Shilla??” tanya Ify. Ia mendadak kepo tentang kepribadian ketiga sahabat barunya ini. Rasa canggungnya perlahan menghilang.
“kalau Shilla, bisa di ibaratkan kayak majalah fashion berjalan” jawab Agni tertawa yang langsung disikut Shilla.
“tapi bener kok, Shilla itu bagaikan dewi yang turun dari kayangan” ucap Sivia lebay membuat Ify dan Agni tertawa membuat pipi Shilla memerah.
“tapi..tapi..Shilla punya satu rahasia dan cuma kita yang tau . . . “ lanjut Sivia sok misterius sambil merangkul Agni. Mendadak Sivia dan Agni berhenti membuat Ify dan Shilla juga ikut-ikutan. Penasaran !!
“dibalik kecantikannya Shilla itu . . . “ Sivia sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Ify dan Shilla yang juga tidak tau penasaran. Agni malah cekikikan melihat ekspresi ketiga sahabatnya.
“tukang ngorok” ucap Sivia akhirnya membuat ia dan Agni tertawa. Ify terkejut namun akhirnya ikut tertawa juga, sedangkan Shilla malah sangat terkejut, hal ini sangat memalukan. Bagaimana mereka tau ??
“lo inget kan?? Waktu kita nginep dirumah gue” ucap Agni seolah dapat membaca pikiran Shilla.
“sayangnya waktu itu kita gak sempet buat ngerekam” Sivia memasang ekspresi menyesalnya.
“ya ampun” Shilla menepuk dahinya. Ini benar-benar memalukan.
“hahahaha, tenang !! rahasia lo aman kok sama kita” ucap Agni menenangkan sambil merangkul Shilla yang masih shock.
“beneran ?? gak bakal di omongin lagi ??” tanya Shilla pelan.
“di omonginnya pas kita berempat ngumpul aja kok” Sivia tertawa renyah membuat Shilla manyun.
“kalau lo Fy ?? kayaknya lo juga hobi fashion juga kayak Shilla” ucap Agni kini mereka kembali berjalan melewati perpustakaan. Sepertinya mereka malah keasyikan bercerita sehingga melupakan tujuan utama untuk memperkenalkan sekolah mereka pada Ify.
“sebenarnya gue gak terlalu suka fashion”
“masa’ sih? Tapi kalau dilihat dari penampilan lo kayak up-date banget masalah fashion” ucap Shilla tak percaya.
Ify tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal “ini mama gue yang nyiapin. Gue tinggal make doang”  jawab Ify.
Sivia, Shilla dan Agni berpandangan.
“gue suka musik. Tapi gak pernah gue kembangin, soalnya gue gak bisa buat tampil didepan umum. Gue demam panggung dan itu sangat memalukan. Mama gak bisa maksa lagi buat ngembangin hobi gue, jadi dia beralih ngajarin gue tentang fashion yang dia suka tapi gue gak. Mau gak mau gue nurut aja, gue gak mau ngecewain mama lagi. Dia berharap gue bisa jadi model atau disainer kayak dia” lanjut Ify membuat ketiganya melongo
“nyokap lo model?” tanya Shilla takjub.
“mantan” ralat Ify “sekarang dia jadi disainer untuk para model”
“waw. Kesempatan nih buat lo Shill. Lo kan pengen jadi model” ucap Sivia.
“kapan-kapan gue ajak kerumah deh” ucap Ify membuat Sivia, Agni apalagi Shilla tak sabaran.

Ify dkk baru saja akan melewati lapangan basket di sekolah, namun langkah mereka terhenti ketika melihat segerombolan orang-orang atau bisa dibilang semuanya cewek sedang mengelilingi lapangan dengan sorakan histeris seperti di kantin tadi. Ify yang melihatnya bingung sendiri sekaligus penasaran.
“ada apa sih??” tanya Ify.
“paling juga karena anak-anak RACI” jawab Shilla.
“siapa?” tanya Ify lagi.
“RACI. Empat anak cowok yang menghebohkan kantin tadi” kali ini Sivia yang menjawab.
Ify membulatkan mulutnya. Lagi-lagi !!
“kesana aja yuk !! lo harus liat gimana kerennya mereka main” Shilla menarik tangan Ify menerobos kerumunan di lapangan. diikuti Sivia dan Agni yang geleng-geleng kepala.
“eh, eh. Ada bu Nilda tuh!!” seru Shilla membuat kerumunan didepannya dengan refleks bubar.
“taktik gue keren kan” Shilla mengedipkan matanya pada Ify yang terkekeh.
Sivia dan Agni kini berdiri dibelakang mereka.
“kok cuma berempat sih?” tanya Ify bingung ketika melihat yang main basket hanya mereka berempat.
“iseng” jawab Agni.
“hah?” Ify melongo, kembali menatap sekeliling lapangan yang dipenuhi segerombolan anak-anak cewek tanpa cela sedikitpun.
“udah gak usah heran kayak gitu. Mereka kan emang punya tampang diatas rata-rata, jadi gak heran kan” ucap Shilla kemudian bertepuk tangan kesenangan ketika salah satu dari anak RACI itu berhasil mencetak angka.
“Shilla salah satu penggemar dari mereka. Dia suka banget kak Alvin yang baru nyetak angka tadi” ucap Sivia. Ify kemudian memperhatikan cowok bermata sipit yang sedang ber-high five dengan salah satu temannya.
“nah kalau yang di dekat kak Alvin itu, namanya kak Gabriel” Ify mengangguk sembari mengingat kalau Gabriel yang tadi berbicara menggunakan toa di kantin.
“yang lagi ketawa itu namanya Cakka” kini gantian Agni yang menjelaskan “dia orangnya susah buat serius. Liat aja, cara mainnya” Ify mendengarkan penjelasan Agni sambil memperhatikan orang yang di maksud. Cakka sedang meliuk-liuk kan badannya -_- membuat semua orang tertawa, kemudian langsung di toyor oleh salah satu temannya.
“itu siapa?” tanya Ify. Ketika melihat cowok hitam manis yang menoyor Cakka. Cowok yang tersenyum padanya ketika berada dikantin tadi.
“oh, itu kak Rio. yang tadi nraktir kita di kantin. Dia sering dipanggil bos ganteng gitu sama temen-temennya. Denger-denger juga dia yang paling tajir di antara ke tiga temennya. Dan lo tau, korbannya udah gak ke itung lagi” Ify yang mendengar penjelasan Sivia bergedik ngeri.
“semua orang udah tau kan, kalau mereka playboy. Tapi kenapa masih mau gitu?” tanya Ify heran.
“tauukk deh. Mungkin suatu kebanggaan bisa deket sama mereka. Mereka kan cakep + tajir. Tapi kalau ujung-ujungnya bakal sakit ati, gue mah ogah” ucap Agni. Ify mengangguk menyetujui.
“mereka itu orangnya ramah-ramah. Gak sombong, jadi mudah buat akrab sama mereka. Itu salah satu kelebihan sekaligus kekurangan mereka menurut gue” ucap Sivia.
“GO RACI GO RACI GO, GO RACI GO RACI GO” Ify menutup telinganya ketika teriakan para cewek memenuhi lapangan. Shilla juga ikut-ikutan.
“udah ah, pergi aja yuk !!” ajak Ify namun suaranya tenggelam oleh teriakan massal itu. Ify berbalik menghadap Sivia dan Agni yang juga merasa tidak nyaman disini. Setelah memberi isyarat untuk pergi mereka kemudian berbalik untuk beranjak dari lapangan, namun karena semangatnya para penonton membuat mereka susah lewat, Sivia dan Agni terdorong kebelakang membuat Ify yang berada di belakangnya ikut terdorong sampai jatuh.
“aduhhh” Ify meringis. Membuat semua orang menoleh padanya termasuk keempat cowok keren itu. Suasana yang tadinya ramai kini berubah menjadi hening. Ify memejamkan matanya, kini ia menjadi pusat perhatian, salah satu hal yang paling dibencinya.
“lo gapapa?” Ify membuka matanya perlahan, didepannya kini ada seorang cowok yang tersenyum kearahnya dengan sebelah tangan yang ia ulurkan untuk membantu Ify. Ify menatapnya tak percaya, cowok didepannya sekarang adalah cowok yang sama yang ia lihat dikantin tadi, salah satu dari anak RACI.
Rio !!
Semua cewek disana memekik tertahan menyaksikan kejadian tersebut.
“gue gapapa” ucap Ify kemudian berdiri tanpa menyambut uluran tangan cowok itu. membuat semua orang menyesali perbuatannya. Ify kemudian berjalan cepat melewati kerumunan di ikuti Sivia, Shilla dan Agni.
Rio –cowok itu- menatap kepergian Ify dengan pikiran yang tak karuan. Ia menggenggam erat tangannya yang tadi di tolak Ify.  Rio tersenyum tipis, ia tak biasa dikecewakan apalagi didepan orang banyak seperti ini. Tanpa sengaja Ify –cewek tadi telah mengajaknya untuk bermain.

^^^^^^^^^^^

Ify beberapa kali memandangi jam ditangan kirinya. Sudah hampir setengah jam ia menunggu jemputannya. Ify segera menyesali penolakannya pada Shilla yang dengan senang hati mengantarnya pulang.
“duuhh, pak Jo kemana sih” dumel Ify. Ia sedang mondar-mandir didepan pagar sekolah dengan gelisah. Sekolah sudah sepi sekarang.
“eh, eh. Itu cewek yang tadi kan??” Gabriel menepuk-nepuk bahu Rio yang akan memakai helm. Mereka sedang berada di parkiran dekat gerbang sekolah. Rio menoleh.
“cewek yang tadi nolak Rio tuh” Cakka tertawa yang langsung mendapatkan toyoran dari Rio.
“itu penolakan pertama lo kan io ?? ckck, ternyata ada juga yang berani nolak lo” ucap Alvin takjub.
“itu penolakan kedua buat gue” ucap Rio, masih menatap lurus kearah Ify.
“hah? Serius ? yang pertama siapa?” tanya Cakka penasaran diangguki yang lain.
“ya dia” jawab Rio tanpa minat. “waktu dikantin, dia langsung buang muka pas gue senyum” Rio melongos. Alvin dan Gabriel berpandangan kemudian tawa mereka langsung meledak. Beda halnya dengan Cakka yang malah bengong.
“kenapa ketawa?” tanya Rio kesal.
“lucu aja bos. Seorang Mario Stevano yang dikenal dengan senyum mautnya, ini malah gak mempan sama satu cewek” ucap Gabriel kembali tertawa di ikuti oleh Alvin.
Rio menatap kedua sahabatnya dengan kesal “ini baru awal. Dia belum tau aja siapa gue” ucap Rio kembali memandang Ify yang telah masuk kedalam sebuah mobil.
“cabut !! besok gue kasih tau gimana rencana buat dapetin tu cewek” ucap Rio kemudian mengenakan helm fullface-nya.
“oke !!” Alvin mengacungkan jempol kemudian memakai helm.
“woii, kenapa lo??” tanya Gabriel pada Cakka yang bergedik.
“gue takut sama tu cewek” gumam Cakka.
“kenapa?” tanya Alvin setelah melepas helm.
“tadi kata Rio. dia buang muka pas di kantin, jadi mukanya ganti-ganti dong” jawab Cakka polos.
Rio geleng-geleng kepala, menstarter motornya kemudian melaju cepat meninggalkan sekolah tanpa memperdulikan Cakka.
“yuk cabut !!” ucap Alvin kemudian melaju menyusul Rio.
“ayo !! atau muke lo yang mau gue ganti ??” ucap Iel kesal melihat Cakka yang masih bengong.

“kenapa sih kalian, keselan banget. Lagi PMS ya??” gerutu Cakka kemudian naik ke motornya dan memakai helm. Lalu menyusul Rio, Alvin dan Iel yang juga meninggalkannya.

To be Continued